SintesaNews.com – Confucius pernah mengatakan, “It does not matter how slowly you go as long as you do not stop”. Tidak masalah seberapa lambat Anda, selama Anda tidak berhenti.
Mungkin kata-kata itu yang tepat jika melihat sosok anak muda bernama Asep Wildan. Saat ia mulai beranjak remaja, orangtuanya tidak terlalu peduli dengan perkembangannya termasuk soal pendidikannya. Maklum, Asep berasal dari keluarga sederhana, pendidikan bukan menjadi hal utama bagi keluarganya. Namun hasrat Asep untuk belajar terus menggebu-gebu, meski ia sempat putus sekolah.
Ketika ia melihat banyak teman-temannya di pagi hari berangkat pergi sekolah, ia hanya menatap nanar. Hingga ia pun hijrah dari Banten ke Jakarta ketika usia remaja. Menjadi anak jalanan merupakan aktivitasnya sehari-hari, selain ikut dengan kakeknya yang memiliki lapak untuk berjualan di pasar. Mengamen bersama anak jalanan lain pernah ia jalani, namun tekadnya untuk melanjutkan sekolah masih terus menggebu di dadanya.
Hingga akhirnya ia mencari jalan bagaimana untuk bisa tetap mendapatkan pendidikan. Ia bertekad mengikuti PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk mendapatkan Paket B dan C. Asep merasa nyaman dengan program pendidikan seperti itu, karena belajarnya malam, di pagi dan siang hari ia bisa melakukan aktivitas lainnya untuk menopang hidup. Dan Asep lebih punya waktu luang untuk bisa belajar hal-hal lainnya dan mendalami ilmu pengetahuan yang ia inginkan.
Kisah Asep diungkapkannya kemarin Sabtu 7 Maret 2020, pada sebuah talk show di M Bloc, bertema “Cerita Home Schooling” yang diadakan oleh Klassku, sebuah platform pendidikan berbasis digital. Talk show yang didukung oleh PKBM Nara ini juga menghadirkan jebolan home schooling lain Yudhistira (Yudhis) Gowo Samiaji, dan orangtua pelaku home schooling Andi Muhyiddin, serta Handoko Hendroyono, seorang creative social movement. Acara dipandu oleh Budiman Hakim.
Tony Siahaan sebagai founder dan CEO Klassku mengatakan, “Ini keren banget. Asep Wildan tidak pernah duduk di bangku sekolah formal hanya belajar secara home schooling. Asep adalah mantan anak jalanan yang menjadi pelaku PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dan kini berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta (dahulu Politeknik Universitas Indonesia).”
Pengalaman pelaku home schooling lain, Yudhis sebelumnya telah berbagi cerita soal aktivitas home schooling itu seperti apa. Dan tidak seperti pandangan orang bahwa pelaku home schooling tidak banyak berteman. Sebaliknya teman-temannya bisa lebih banyak dari berbagai kalangan dan bidang ilmu dan keahlian. Yudhis kini adalah mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia.
Kisah Yudhis di-amini oleh Andi Muhyiddin orang tua yang ketiga anaknya menjalani home schooling. Malah yang paling besar sudah bisa mendapatkan penghasilan sendiri dari jobnya sebagai videografer. Ia mengungkapkan bahwa teman-teman pelaku home schooling adalah berasal dari teman-teman les-nya, atau aktivitas-aktivitas hobby dengan kesamaan minat. “Jadi teman-teman anak saya dari berbagai kalangan bahkan dari yang usianya jauh lebih tua dari dia,” ucap Andi Muhyiddin.
“Home Schooling adalah alternatif menarik untuk sebuah proses belajar dan mengajar. Home Schooling memberi ruang untuk individu belajar sesuai dengan waktu, minat dan keterbatasan infrastruktur (tidak ada sekolah atau guru). Pelaku-pelaku home schooling bisa berprestasi sama dengan teman-temannya di pendidikan konvensional,” beber Tony Siahaan.
Tony Siahaan mengungkapkan, “Melihat geografi Indonesia yang luas dan terpencar, dimana masih banyak anak-anak Indonesia yang belum terakses pada pendidikan yang berkualitas (karena geografi, infrastruktur dan ketidadaan biaya), Klassku bertekad untuk membantu pemerintah dalam bidang pendidikan. Memberi akses dan kemudahan pendidikan kepada setiap masyarakat Indonesia, untuk memperoleh kesetaran pendidikan dan kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik adalah cita-cita Klassku.”
“Sehingga siswa dipelosok-pelosok Indonesia dapat bersaing dengan teman-temannya di kota-kota besar,” ujar Tony.
Saat ini Klassku bisa diunduh di play store dan tersedia untuk siswa SD sampai SMA. Asiknya, setelah diunduh, Klassku dapat digunakan secara offline tanpa menggunakan fasilitas internet, sehingga sangat menolong untuk daerah-daerah yang fasilitas internetnya masih minim dan sangat tidak memberatkan secara biaya.
“Klassku juga mengikuti kurikulum nasional, semua materi pelajaran tersaji dalam bentuk video yang menarik singkat dan padat, dengan dipandu oleh guru guru yang berprestasi,” pungkas Tony.