SintesaNews.com – Sebuah fenomena muncul di Bali, banyak kini wisatawan asing, terutama “bule” yang tidak saja berkunjung ke Bali hanya untuk wisata, melainkan juga mereka cari cuan dari bisnis-bisnis orang lokal di sana.
Salah satu modusnya adalah: turis bule menyewa vila dari warga lokal Bali, lalu vila tersebut dipasarkan lagi secara online untuk disewakan lagi kepada turis asing. Tentu dengan harga sudah di-mark up untuk mereka mendapat profit margin dari penyewaan vila tersebut.
Reporter Merdeka.com Ya’cob Bibliota dalam liputannya mengungkapkan fakta adanya praktek bisnis yang disebut digital nomad atau pengembara digital. Dengan begitu si bule yang pertama menyewa vila, juga tidak perlu menservis langsung bule lain yang menyewa vila darinya. Bisa tetap warga Bali yang menservis wisatawan bule tersebut.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Legian, Kuta, Bali, I Wayan Puspa Negara mengatakan warga negara asing (WNA) memang banyak melakukan bisnis atau bekerja ilegal di Pulau Dewata, dengan menyewakan vila kepada sesama warga asing.
Puspa Negara yang juga Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali, menyebutkan WNA di Bali banyak bekerja di sektor properti seperti vila, dan menyewakan kepada turis yang berlibur di Bali.
“Itu sangat benar. Mereka ada di sektor properti, ada di marketing mereka banyak mengambil ruang karena mereka ke sini kan digital nomad. Jadi, dari digital nomad itu mereka mengembangkan usahanya. Sehingga, mereka melihat potensi (bisnis) mereka lakukan itu. Sekarang zaman digital, sehingga agak sulit kita pantau tapi mereka melakukan pemasaran secara digital,” kata Puspa.
Dia menerangkan, untuk modus WNA yang bekerja ilegal menurutnya sangat mudah dengan adanya teknologi. Yaitu, WNA menyewa vila di Bali lalu dipasarkan lewat online kepada turis dan tentu ada kerja sama dengan warga lokal.
“Kan gampang mereka lakukan. Mereka bisa sewa dulu dalam bentuk timshare (vila) mereka menyewa dulu. Kemudian mereka sewakan lagi. Mereka, bekerja sama dengan orang lokal atau pelaku usaha lainnya,” ujarnya.
Pola bisnis seperti ini, berimbas menciptakan kompetitor dan tekanan ekonomi bagi warga lokal yang berbisnis penyewaan vila.
“Jadi yang kena tekanan dan yang menjadi kompetitor adalah warga kita. Dan banyak warga kita tidak terlalu agresif dalam memanfaatkan teknologi, dan (tidak) memiliki jangkauan pemasaran yang luas,” ujarnya.
Tak hanya di bisnis penyewaan vila, bule di Bali juga merangsek ke bisnis warga lokal lainnya, yaitu penyewaan motor.
Warga lokal pemilik rental motor di Bali belakangan ini sangat dirugikan dengan maraknya WNA yang membuka jasa rental secara ilegal di Bali. Selain itu, mereka menyewakan harga sepeda motor kepada sesama warga asing dengan harga sangat murah.
Baca selanjutnya:
Turis Bule di Bali Merangsek Cari Cuan di Bisnis Sewa Motor Ilegal, Rugikan Warga Lokal