Bontang, Rendahnya Angka Kemiskinan dan Tingginya Kepemilikan Mobil

SintesaNews.com – Tren angka kemiskinan di Bontang terus menurun kurun 3 tahun terakhir. Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Bontang, 2019 lalu presentase kemiskinan sekitar 4,22 persen dari total penduduk 177.722 jiwa.

Jumlah itu lebih rendah ketimbang 2 tahun sebelumnya. Tahun 2017 dan 2018 persentasenya lebih besar. Pada 2017 lalu penduduk miskin tercatat 5,16 persen, lalu di tahun 2018 jumlahnya menyusut jadi 4,67 persen.

“Trennya terus membaik hingga 2019 lalu,” kata Kepala BPS Bontang, Srie Sis Sugianto saat diwawancara wartawan baru-baru ini.

-Iklan-

Tren menurun jumlah kemiskinan ini juga terlihat pada pendapatan minimum rata-rata warga miskin yang terus membaik.

Garis kemiskinan merupakan standar pendapatan minimun warga miskin untuk hidup.

Pada 2017 lalu, pendapatan minimum warga miskin paling rendah sekitar Rp 542.985. Setahun berikut jumlahnya meningkat menjadi Rp 549.985. Sedangkan di 2019 kemarin, pendapatan terendah warga miskin sekitar Rp 582.188.

Semakin tinggi pendapatan minimum warga miskin, maka semakin baik pula kesejahteraan masyarakatnya.

Jumlah kemiskinan Bontang jauh lebih baik ketimbang Provinsi Kaltim. Pada 2019 lalu presentase warga miskin di Kaltim sekitar 5,94 persen.

Sementara itu menurut Sensus Ekonomi Nasional pada 2018 yang diadakan Badan Pusat Statistik, Bontang adalah kota keempat di Indonesia dengan rumah tangga terbanyak yang memiliki kendaraan roda empat.

Secara berurutan, kota dan kabupaten dengan kepemilikan tertinggi roda empat adalah sebagai berikut: Kota Tangerang Selatan di Banten adalah yang tertinggi dengan 31,5 persen rumah tangga memiliki mobil. Selanjutnya adalah Kabupaten Badung di Bali dengan 29,6 persen rumah tangga, Palangkaraya di Kalteng (29,4 persen), dan Bontang di Kaltim (27,9 persen).

Dengan angka 27,9 persen rumah tangga, artinya, hampir 28 dari 100 rumah tangga di kota Bontang mempunyai kendaraan roda empat. Jika hasil Sensus 2010 ada 35.728 rumah tangga di Bontang, sekurang-kurangnya 10 ribu rumah tangga telah mempunyai mobil. Angka kepemilikan ini diyakini lebih tinggi mengingat data jumlah rumah tangga yang dipakai adalah hasil sensus terakhir pada sepuluh tahun lampau.

Banyaknya penduduk Bontang yang memiliki kendaraan roda empat tidak terjadi begitu saja. Beragam faktor melatarbelakanginya. Yang pertama adalah kondisi jalan di Kota Bontang terbilang baik. Menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bontang, seperti dikutip BPS dalam Bontang dalam Angka (2019), panjang jalan di kota ini adalah 206 kilometer. Sepanjang 71 kilometer di antaranya telah diaspal. Sementara dilihat dari kondisinya, 182 kilometer jalan dalam kondisi baik. Hanya 4 kilometer yang tergolong rusak berat pada 2018.

Faktor berikutnya yang menunjang tingginya kepemilikan mobil di Bontang adalah pendapatan dan pengeluaran masyarakat yang baik. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2018, sebanyak 79,49 persen rumah tangga di Bontang menghabiskan lebih dari Rp 4 juta sebulan.

“Dari pengeluaran Rp 4 juta sebulan itu, hampir 60 persen (sekitar dari Rp 2.400.000 per bulan) justru bukan untuk makanan,” demikian ulasan BPS Bontang (hlm 381). Struktur seperti ini berbeda dengan banyak daerah di mana pengeluaran rumah tangga lebih besar untuk membeli bahan makanan.

Pengeluaran per kapita sebulan di Bontang juga tinggi. Menurut Sensus Ekonomi 2018, sebanyak 58,58 persen atau mayoritas penduduk Bontang memiliki pengeluaran per kapita di atas Rp 1.500.000 per bulan. Bandingkan dengan Samarinda, hanya 44,19 persen penduduk yang mencatatkan pengeluaran per kapita di angka yang sama.

Kondisi angka kemiskinan di kota Bontang yang rendah juga mendukung tingginya kepemilikan mobil. Jika disandingkan dengan angka kemiskinan nasional yakni 9,22 persen per Januari 2020, Bontang jauh lebih kecil, yaitu hanya 4,22% saja penduduk yang dikategorikan miskin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here