Salah satu penulis di SintesaNews.com, sehari-harinya berprofesi sebagai seorang guru di Madrasah Aliyah Darut Taqwa Semarang, Jawa Tengah.
Nurul Azizah, ia mengajar mata pelajaran Ekonomi. Lulusan S1 Akuntansi dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), dan S2 Keuangan Corporate dari UNISBANK ini juga sempat menjadi dosen di STIE Widya Manggala Semarang dan LPK Adhiarta Bank, untuk mata kuliah Akuntansi dan perpajakan. Namun karena tuntutan sertifikasi guru, Nurul harus fokus menjadi guru profesional.
Redaksi SintesaNews.com di Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2021 ini mengupas sosok penulis kolom politik dan agama ini, yang tulisan-tulisannya kerap menghebohkan jagat maya, terutama mengenai penentangan keras Nurul Azizah terhadap faham-faham radikalisme agama dan intoleransi yang sudah sangat mengkhawatirkan, terlebih di dunia politik.
Simak wawancara Redaksi SintesaNews.com dengan Nurul Azizah.
Redaksi (R): “Setahun pandemi ini, apa yang menarik dari menjadi seorang guru, dimana saat ini untuk mengajar harus secara online? Dan bagaimana perkembangan siswa/siswinya? Apa perbedaan hasilnya dengan mengajar secara tatap muka? Atau apa tantangannya?
Nurul Azizah (NA):
Tugas guru semakin berat, harus belajar berbagai macam hybrid model atau school learning management system. Yaitu pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar. Metode pembelajaran baru terus muncul dalam pembelajaran on line, daring (dalam jaringan, red.) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Perkembangan siswa sedikit mengalami kemunduran dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan secara on line.
Untuk itu tidak semua materi disampaikan secara detail, tetapi materi yang disampaikan yang sesuai dengan kondisi saat pandemi, yang dihubungkan dengan guru mata pelajaran.
Dengan tatap muka, hasil prestasi anak bagus, karena ikut interaksi langsung dengan guru di kelas. Kalau tidak faham langsung tanya dan latihan secara langsung.
Kalau dengan on line, terkadang siswa tidak bisa menangkap pelajaran secara langsung, kalau tidak paham, malas bertanya ke guru. Belajar di rumah tidak maksimal, terkadang malah ditinggal tidur saat pembelajaran on line.
Tantangannya, tidak semua guru menguasai semua teknologi, HP dan “paketan” (paket data kuota internet, red.) siswa juga terbatas. Pembelajaran on line hanya 30-60 menit tidak boleh lebih dan terjadwal.
Siswa semakin malas belajarnya karena tidak terpantau oleh guru secara langsung. Kalau ada kesulitan belajar tidak bisa tanya ke guru secara langsung.
R: Kira-kira solusi apa yg bisa dilakukan atau mungkin pernah dilakukan untuk mengatasi tantangan di atas?
NA: Solusi terakhir, sekolah selain mengadakan pembelajaran online atau daring, juga melayani pembelajaran luring (luar jaringan).
Pembelajaran luring diberikan kepada siswa yang tidak punya HP atau tidak punya paketan (biasanya anak yang tinggal di pondok pesantren), kita guru dijadwal untuk masuk ke sekolah melayani siswa yang tidak paham akan pelajaran.
Semua guru harus menyiapkan modul pelajaran baik berupa file atau sudah di-print out. Yang berupa file untuk yang ikut daring dan berupa modul untuk yang luring.
Siswa boleh datang ke sekolah untuk bertanya kepada guru secara langsung dan tejadwal tentunya dengan prokes yang ketat.
R: Jadi guru zaman sekarang dibanding guru-guru zaman dulu pasti beda ya…, dulu bisa galak-galak banget. Sekarang justru harus dekat ya?
Selalu akrab dan dekat dengan siswa itu kunci dalam belajar mengajar, tapi setelah pandemi harus jaga jarak, maka prestasi anak pun agak menurun.
Jauh sebelum pandemi saya tiga bulan sekali meng-agenda-kan PLS (Pembelajaran Luar Sekolah) berkunjung ke industri dan tempat bersejarah di Semarang.
Jadi anak-anak diajak jalan-jalan biar tidak bosan di sekolah terus. Belajar sambil diajak jalan-jalan.
Pas pandemi anak-anak tidak ada tatap muka dan PLS, jadi mereka sangat kangen dengan guru dan berbagai kegiatan di kelas dan luar kelas.
Zaman sekarang guru harus pinter bergaul dan menyampaikan pelajaran sesuai dengan kondisi murid millenial.
Model pembelajarannya pun tidak monoton, harus gembrot dan sersan (gembrot: gembira berbobot, sersan: serius tapi santuy).
Guru harus ramah dan banyak senyum, tapi tegas dan berwibawa.
R: Terimaksih sudah setia pada profesi guru yang terus membagi ilmu pengetahuan kepada generasi masa depan bangsa Indonesia. Apakah ada hal lain yang menjadi kepedulian dan perhatian sekarang ini?
NA: Di luar guru saya juga pegiat NU dan (aktif meneguhkan masyarakat akan keutuhan) NKRI, sebagai wujud berkarya untuk negeri dan ikut menjaga NKRI dari rongrongan kelompok radikal dan intoleran.
Tulisan-tulisan Nurul Azizah:
Ganjar Tetap Bersinar Menuju RI 1 Tahun 2024
Apakah ini Cara Mega Dongkrak Ganjar Pranowo Maju ke RI 1 Tahun 2024?
Regenerasi HTI Tak Pernah Mati, Pemerintah dan Masyarakat Perlu Waspada
Tabuh Genderang, Bangkit Melawan Corona
Empat Pola Hidup: Sebagai Bekal Hidup Sukses di Dunia Juga Sukses di Akherat
Anak Pendiri Hamas: Hamas adalah Musuh Terbesar Rakyat Palestina
Hamas, Organisasi Teroris Mengatasnamakan Islam
Terus Berdoa untuk Palestina dan Israel
Peristiwa Peringatan Quds di Masjid Al-Aqsa Murni Ulah Demonstran, Bukan Polisi Israel
Kok Pakai Gus, Apakah Gus Miftah anak seorang Kyai?
212 Mart Bisnis Bodong, UAS dan Haikal, Kau Harus Tanggung Jawab
Syahidnya Imam Ali Bin Abi Thalib Ra, Awal Munculnya Radikalisme Islam
Yahya Waloni Dilaporkan ke Bareskrim Polri Kasus Penistaan Agama Terhadap Injil
Bahaya! Ajaran Wahabi Masuk di Polairud Tanjung Priok Jakarta Utara
KH. Said Aqil: Gagasan NU Jadikan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Darussalam, Negara yang Damai
PKB Koalisi dengan PKS? Kyai Marzuqi: Goblok Sak Pol-pole
Tanpa Sempat Kenakan Alas Kaki Densus 88 Geret Munarman Masuk ke Mobil Aparat
Penegak Hukum Harus Tegas Terhadap Penceramah Islam yang Arogan Hina Keyakinan Lain
Menyibak Jejak Jozeph Paul Zhang yang Pernah di Salatiga dan Tegal
Kartini, antara Inspirasi dan Beban Diri
Jozeph Paul Zhang Terjerat UU ITE dan Penodaan Agama
Youtuber Yang Ngaku Nabi ke-26, Polri Akan Terbitkan DPO
Berjuang Tanpa Batas dan Tanpa Balas, Wahabi Jangan Kau Ambil Jamaahku
Empat Pesan Jokowi untuk Ormas Keagamaan, Sinyal Keras bagi Kelompok Radikal Intoleran
Jokowi dan Prabowo Hadir di Pernikahan Atta-Aurel untuk Lindungi 27Juta Follower Atta
Ketua Umum PBNU KH Said Agil Sirodj Kunjungi Gereja Kathedral Makassar