Penulis: Heidi
Terdampar di salah satu ‘kota mati’ di Eropa.
Kondisi terkini di Swiss yang dekat dengan perbatasan Jerman dan Perancis pasca ditutupnya batas kedua negara tersebut menjadi sangat berbeda. Sejak hari ini semua toko di kota tutup serentak kecuali Minimarket dan Apotek. Badan Kesehatan di Eropa juga menghimbau warganya untuk menetap di rumah dan tidak melakukan perjalanan apabila tidak ada urusan mendesak seperti belanja kebutuhan sehari-hari.
Sebagai WNI yang sebut saja sedang terdampar di kawasan EU saya sangat tertarik melihat perkembangan keseharian masyarakat di sini sejak status pandemi dikeluarkan oleh WHO. Pemerintah EU dari negara yang banyak terinfeksi seperti Jerman, Swiss dan Perancis melihat kasus ini sangat serius terutama sejak adanya peningkatan tajam akan korban yang terinfeksi maupun meninggal dunia.
Lembaga kesehatan di sini juga senantiasa rutin mengkampanyekan gaya hidup bersih agar terhindar dari infeksi dengan menempelkan banyak pamflet di setiap pintu masuk rumah, fasilitas umum dan stasiun. Banyak jadwal kereta api yang tertunda atau dibatalkan sejak tanggal 15 Maret ke negara yang banyak terinfeksi seperti Jerman contohnya, yang mana saya sendiri juga sempat menghadapinya.
Pada tanggal 16 Maret saya berencana mengunjungi teman yang tinggal di Munich, sejak sebulan sebelumnya saya sudah merencanakan semuanya. Mulai dari tiket kereta sampai penginapan semua sudah terkonfirmasi. Sampai tibalah waktunya saya pergi ke stasiun tanpa ragu meskipun saya sudah mengetahui bahwa perbatasan Jerman sudah ditutup tapi saya tetap percaya diri untuk menggunakan tiket yang pada saat itu dibeli dengan rute Bern-Munich dan transit di Zurich dengan menggunakan moda transportasi kereta dan bis ekspress. Saya yakin tetap bisa melakukan perjalanan ke Jerman karena Kanselir Jerman Angela Merkel menyampaikan ke media bahwa WN Jerman tetap diperbolehkan melewati perbatasan termasuk orang asing yang memiliki ijin tinggal di Jerman.
Saat itu perjalanan dari Bern ke Zurich tidak ada kendala karena masih berlokasi di Swiss dan sampai saat itu saya juga tidak mendapati informasi apapun terkait pembatalan. Namun setibanya saya di Zurich bis yang ditunggu tak kunjung datang dan saya pun mulai panik karena sudah terlambat selama 45 menit jadi keraguan saya pun muncul karena tidak biasanya bis di Eropa terlambat lebih dari setengah jam tanpa adanya pemberitahuan.
Setelah saya cek ke bagian informasi di stasiun ternyata benar saja mereka tidak mendatangkan bis yang dijadwalkan dari Jerman karena ditutupnya perbatasan. Namun menurut saya pihak Deutsche Bahn sangat tidak profesional karena penumpang sama sekali tidak diberikan informasi terkait pembatalan sepihak bahkan mereka masih menjual tiket secara online sampai saat itu. Alhasil saya pun harus kembali merogoh kocek untuk membeli tiket kereta ke kota Basel yang jumlahnya tidak sedikit. Saya memilih kota Basel karena biaya hidup di kota itu lebih murah dibandingkan kota lain di Swiss.
Dan akhir cerita saya pun harus terdampar sendirian di salah satu kota mati di Swiss dengan bermodalkan doa agar kondisi segera membaik dan perbatasan bisa dibuka kembali. Selama terdampar di sini pun saya harus berhemat untuk menekan pengeluaran biaya sehari-hari yang lebih mahal kalau dibandingkan di Jerman. Selain itu saya juga harus lebih waspada menghindari penularan virus yang bisa terjadi di mana saja khususnya saat saya menetap di penginapan umum bersama dengan wisatawan lainnya. Berikut cerita perjalanan saya saat terdampar di salah satu kota mati di Eropa. Pesan saya selalu jaga kebersihan di manapun kita berada.