“Selama 2021 mulai Januari hingga Maret ini Densus/88 telah menangkap 94 tersangka teroris,” kata Kabag Penum Polri Kombes Ahmad Ramadhan di Mabes Polri. Selasa (30/3/2021).
Penangkapan-penangkapan itu bahkan sejak tahun-tahun lalu adalah wujud dari preventive strike.
“Jadi kita telah melakukan pencegahan agar tidak terjadi (aksi teror). Kita telah melakukan penangkapan sejak Januari,” ujar Ahmad Ramadhan. “Itu menunjukan jika tidak dicegah, maka perencanaan mereka bisa terjadi-dan akan lebih buruk dampaknya.”
FAKTA DAN OPINI
ANALISA
Erri Subakti
Melihat upaya keras pencegahan aksi terorisme dari Densus 88 Anti Teror, praktis kelompok teroris semakin tersudut, semakin terjepit ruang geraknya. Bahkan tak sempat menyusun rencana-rencana aksi teror.
Dan inilah yang terjadi paka aksi bom bunuh diri di depan Katedral Makassar.
Serangan bom bunuh diri itu sangat kentara jelas bukan aksi teror yang terencana dan matang. Yang berakhir matinya pelaku sementara orang yang menghadangnya masih berdiri tegap lancar bercerita, meski luka-luka di tubuhnya.
Aksi bom bunuh diri itu menunjukkan aksi frustasi si pelaku. Ruang geraknya makin sempit, teman-temannya sudah ditangkapi, yang mem-back-up diri dan kelompoknya pun sedang tiarap dan bersembunyi.
Kelompok teroris kini sedang menyelamatkan diri masing-masing.
Jika dibandingkan dengan serangan bom Mariott, bom Bali, atau hingga aksi teror di Sarinah, bom bunuh diri Minggu kemarin ini yang disebut “lonewolf“.
Aksi teror individual yang tak terencana secara organisasi.
Aksi tersebut merupakan keputusan sendiri si pelaku yang nampak sudah frustasi.
Bahkan dia tak merencanakan untuk berpakaian seperti orang umum lainnya. Ia berpakaian dengan jelas menunjukan “kadrun garis keras”. Mau masuk gereja dengan sepeda motor, membonceng sosok beecadar di belakang. Ya, jelas sontak dihadang.
Baca: Tertangkap CCTV, Nih Dia Sepasang Kadrunista yang Ngebom Katedral Makassar
Tak ada perencanaan matang, tak ada strategi organisasinya untuk melakukan aksi tersebut, sementara dirinya sudah di “jalan buntu”. Yang ia mungkin sudah sadari tak lama lagi akan terciduk Densus 88. Kadrun frustasi.
Ia pun memutuskan untuk lebih baik mati di gereja…. Sayangnya cukup di depannya saja. Dan jemaat Katedral masih selamat.
Lalu kenapa serang gereja? Ya, doktrinnya kadrun adalah doktrin kebencian terhadap agama orang lain. Yang melekat di otaknya hanya doktrin “kofar-kafir” dsb.
Druuun… drun…, mati aje deh.
(Erri Subakti)
Baca juga:
Teroris Pelaku Bom Bundir di Depan Katedral Makassar Berinisial ML