Penulis: Erri Subakti
Jika dibandingkan dengan masa “dua tahun sebelum pemilihan presiden”, hasil survei elektabilitas Ganjar Pranowo ternyata lebih melejit dibanding elektabilitas Jokowi pada 10 tahun lalu, yaitu tahun 2012 (dua tahun jelang pilpres 2014).
Charta Politika pertengagan Juni 2022 telah mengeluarkan hasil surveinya. Baik itu Ganjar “diadu” dengan 10 tokoh politik yang diperkirakan menjadi pesaing Ganjar, atau dengan 2 politikus lain yaitu Prabowo dan Anies.
Dengan 10 politikus, elektabikitas Ganjar sudah menyentuh angka 31%-an. Sedang jika ‘diadu’ dengan Prabowo dan Anies, malah lebih meningkat jadi 36.5%. Selalu jauh di atas 30%-an.
Baca: Elektabilitas Ganjar Tembus di Atas 36%, Jauh Meninggalkan Prabowo
Sedangkan 10 tahun lalu yaitu tahun 2012, dua tahun jelang Pilpres 2014, Jokowi baru saja terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dan hasil survei elektabilitas Jokowi baru naik 1 tahun setelahnya, yaitu 2013, satu tahun jelang Pilpres 2014. Itu pun, elektabilitas Jokowi masih di angka 20%-an dan belum menyentuh 30% acan.
- Hasil survei Pusat Data Bersatu (PDB) pada Februari 2013, elektabilitas Jokowi adalah 21,2 persen suara
- Hasil survei CSIS, Mei 2013, Jokowi meraih 28,6% suara responden
- Hasil survei LIPI, Juni 2013, Joko Widodo: 22,6%, jika ‘diadu’ dengan 10 tokoh politik populer lainnya.
Fanatisme terhadap sosok Gubernur Jawa Tengah ini pun secara mengejutkan tumbuh bak jamur di musim hujan. Berbagai alasan dari publik kepincut Ganjar adalah salah satunya tegas terhadap kelompok-kelompok yang anti terhadap Pancasila.
Harapan membersihkan NKRI dari bahaya laten radikalisme khilafah dan terorisme ini yang didambakan oleh masyarakat dewasa ini yang sudah tercabik dengan praktek kotor politik identitas. Seperti pernah terjadi dan tercatat dalam sejarah demokrasi Indonesia bagaimana ‘jorok’nya Pilgub DKI Jakarta 2017 yang memalukan.
Baca:
Ini Suara Publik: Ganjar is the Next Jokowi, Fanatisme kepada Ganjar Mulai Mekar