Penulis: Lintang Hani
Gaji pembantu (Domestic Helper) di Hongkong naik, menjadi HKD 4,990 atau kisaran IDR 9,600,000 sekian (untuk kurs minggu ini).
Itu gaji yang besar untuk standard pembantu dengan level pendidikan rendah dan juga skills yang kurang ataupun biasa saja. Dan nominal uang yang banyak untuk pekerja yang bersyukur dan cerdas dalam mengelola gajinya.
Dengan gaji Rp 9 juta lebih sekian, harusnya bukan hal yang sulit untuk memperbaiki sikon hidup keluarganya. Untuk mencukupi biaya hidup dan menyiapkan kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, pendidikan dan juga berkehidupan sosial dan bermasyarakat di kampung halamannya.
Itu teori normalnya. Tapi faktanya tidak begitu.
Banyak sekali pekerja Indonesia yang terlilit hutang. Entah hutang di bank, rentenir maupun pinjol. Gali lubang tutup lubang.
Lubang hutang semakin dalam akhirnya passport digadaikan.
Surat tagihan, telepon dan terror langsung mendatangi tempat majikan.
Majikan yang tahu, merasa terganggu dan terancam hidupnya pilih menyelamatkan hidupnya. Dengan memutus kontrak dengan pembantunya.
Si pembantu kehilangan pekerjaan, passport di pegadaian. Uang gak punya, cicilan dan tagihan mengejarnya.
Mencoba keberuntungan, mulai proses awal lagi.
Cari majikan baru, nunggu persetujuan permohonan visa kerja yang baru.
Sikon hidup yang dari awal sulit bertambah jadi sangat sulit. Karena uang yang cekak dan izin tinggal yang terbatas memaksanya harus keluar dulu dari Hongkong.
Pekerja Indonesia yang mengalami kondisi sulit seperti itu ada banyak. Kesulitan keuangan karena salah me-manage uangnya. Asal menggunakan, asal menghamburkan uang gaji. Entah untuk gaya, berfoya-foya ataupun “membeli pengakuan diri” sebagai orang yang banyak duitnya. Yang akhirnya menenggelamkan dirinya ke lubang hutang yang bahkan dia sendiri gak tahu bagaimana cara mengurugnya.
Gaji pembantu Hongkong itu besar. Tapi meskipun gaji besar, bukan berarti uang itu gak bisa habis ketika dihamburkan.
Kesulitan hidup datang gak melulu atas undangan orang. Kadang kita sendiri yang menciptakannya.