Penulis: Ganda Situmorang
Jangan samakan juga relawan Jokowi dengan relawan GP meskipun ada irisannya. Ingat sampai detik ini Pak Jokowi belum pernah menyatakan dukungan kepada bakal capres.
Sejak 2014 Relawan Jokowi coraknya independent, militan dan sporadis. Konteks 2014 rakyat ingin perubahan setelah 10 tahun negara outopilot oleh SBY. Dan kemudian gerakan akar rumput relawan bersinergi dengan Timkamnas koalisi parpol pengusung.
Ini antitesa dari corak timses dan relawan PS yang TSM. Khas komando. Kalah doi dua kali.
Kenapa elektabilitas GP susah beranjak ke angka minimal 30%?
Ingat elektabilitas Jokowi menjelang Pilpres tahun 2014 sampai di atas 40%?
Beberapa penyebabnya antara lain:
Polarisasi nasionalis vs kadrun 10 tahun ini awet, bahkan populasi kadrun makin besar seperti organisme bertumbuh dan beranak pinak. Lihat saja elektabilitas PD dan PKS terkini cenderung naik perlahan.
Captive market populasi kadrun 35jt ditambah rakyat dan ASN yg terpapar radikalisme dan ideologi asing sekitar 8-10%.
Gerbong kelas menengah-atas di luar rejim Jkw (oleh oposisi disebutnya Oligarki) yang dilanda kecemburuan melihat oligarki saat ini. Proxy asing, dan lain-lain
Tendensi relawan GP dengan cara kontra menekan PDIP selaku pemilik sah kader dan merawat caci maki kadrun. Menurut saya ini kontraproduktif untuk menaikkan elektabilitas GP.
Poin terakhir adalah; semestinya organ relawan GP tak perlu disatukan karena VISI sudah satu yaitu GP4P. Motif gerakan relawan elitis semacam ini sangat diragukan motifnya dan rentan ditunggangi oleh musang berbulu domba.
Ganda Situmorang
31 Oktober 2022