SintesaNews.com – Pendiri Garda Benteng Nusantara, AR. Waluyo Wasis Nugroho atau yang akrab disapa Gus Wal mengajak masyarakat untuk kembali mengkonsumsi cengkeh yang dipercaya sejak berabad-abad lalu di wilayah nusantara ini sebagai penguat imunitas tubuh dan menjaga kesehatan tubuh manusia.
“Di tengah kembali merebaknya Covid-19 di tengah-tengah kita, selain mendukung dan mensukseskan program Vaksinasi Covid-19, maka sebaiknya perkuat imunitas tubuh dengan memperbanyak konsumsi vitamin C dan kandungan cengkeh,” ujar Gus Wal kepada SintesaNews.com.
Gus Wal mengajak masyarakat menjaga kesehatannya dengan mengikuti tradisi nenek moyang nusantara.
“Karena apa yang diwariskan oleh nenek moyang kita perlu dijaga dan dilestarikan. Karena rempah-rempah termasuk cengkeh, bangsa-bangsa Eropa datang silih berganti, berdagang dan akhirnya menjajah Nusantara ini,” terang Gus Wal.
Indonesia memang sejak dulu terkenal dengan produksi cengkehnya yang khas, terutama cengkeh yang digunakan sebagai bahan campuran untuk produk-produk rokok kretek yang hanya ada di Indonesia.
Campuran cengkeh dalam rokok kretek Indonesia biasanya memiliki bau yang khas serta bunyi “kretek-kretek” dari hasil pembakaran cengkeh. Bunyi kretek inilah yang menjadi alasan penamaan rokok berbahan cengkeh disebut kretek.
Rokok kretek biasanya terdiri dari 60-80% tembakau dan 20-40% tunas cengkeh dan minyak cengkeh.
Dalam asap rokok kretek, terdapat senyawa eugenol (minyak cengkeh) dan turunannya. Minyak cengkeh dan turunannya sebenarnya memberikan efek terapeutik sebagai antiradang. Bahan ini bekerja dengan menghambat pembuatan prostaglandin, memicu antibakteri, dan sebagai anestesi oles.
Manfaat cengkeh dalam kretek ini yang tidak terdapat dalam asap rokok putih (rokok produk asing).
“Kurangi konsumsi rokok yang pabriknya dan sahamnya sudah dibeli ataupun dikuasai oleh negara lain,” ajak Gus Wal.
“Agar apa? Selain kita untung, rakyat juga untung, negara untung,” timpalnya.
“Apabila kita sedang ngirit alangkah baiknya kita galakkan ‘tingwe’ tembakau asli nusantara dipadukan dengan cengkeh asli nusantara,” selorohnya.
Lebih jauh Gus Wal bahkan menghubungkan konsumsi rokok cengkeh dengan gerakan untuk menangkal radikalisme.
“Mereka yang berafiliasi dengan kelompok kelompok pemuja, pengasong faham ideologi terlarang haram Radikalisme terorisme adalah yang anti rokok. Bagi mereka rokok adalah barang haram. Karena kebodohan mereka yang tak tahu manfaat merokok yang dimana kandungan cengkeh di dalam rokok adalah baik bagi kesehatan tubuh manusia. Dan mereka tidak paham soal itu, dan sangat tidak mau tahu tentang itu, bahkan menggali sejarah dan mencari manfaat tentang rokok cengkeh pun tidak sama sekali,” papar Gus Wal.
Gus Wal menjelaskan bahwa rokok yang mengandung banyak kandungan cengkeh dipercaya sejak zaman dahulu sebagai antibiotik alami yang menolak dan mengurai virus/wabah.
Sejurus Gus Wal menguraikan, “Mengapa para pemuja faham ideologi terlarang haram Radikalisme terorisme sangat anti terhadap rokok dan sampai mengharamkanya? Karena jelas, industri rokoklah penyumbang terbesar pajak negara lewat cukainya. Rokok yang berbahan dasar tembakau dan cengkeh adalah usaha rakyat, dari hilir sampai hulu-nya mensejahterakan petani,”
“Ribuan petani tembakau, cengkeh, buruh pabrik ada dalam industri rokok cengkeh,” imbuhnya.
“Mereka yang ingin mengganti faham ideologi bangsa dan menghancurkan bangsa ini tahu betul di mana sumber pendapatan terbesar negara dan tahu betul jika puluhan juta rakyat Indonesia erat terkait dengan Rokok Cengkeh. Untuk Itulah sejak dulu dimulai kampanye gelap pengharaman rokok dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi budaya Nusantara,” ungkap Gus Wal.
Pemerintah mencatat penerimaan cukai hingga akhir Desember 2020 senilai Rp 176,3 triliun atau tumbuh 2,3% dari tahun sebelumnya. Realisasi ini melebihi target Rp 172,2 triliun.
“Andai saja manfaat kandungan Rokok Cengkeh ini sudah banyak digali secara benar, dan betapa besar manfaat rokok cengkeh dalam menangkal penyebaran virus covid-19 ini, niscaya setiap produk rokok cengkeh akan dilabeli حلال oleh lembaga yang selama ini sering jualan legalitas sertifikasi حلال,” ucapnya.
Gus Wal mengajak masyarakat bersama-sama menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 ini dengan memperkuat imunitas tubuh dengan menjalankan protokol kesehatan yang berlaku, memperbanyak konsumsi vitamin C untuk meningkatkan imunitas tubuh, dan mengkonsumsi cengkeh untuk mengurai virus-virus di sekitar kita, termasuk virus faham ideologi haram terlarang Radikalisme terorisme HTI khilafah.
“Jaga kesehatan, merawat dan melestarikan budaya Nusantara,” pesan Gus Wal.
“Kita bisa lihat bahwa berabad-abad lalu bangsa Eropa jauh-jauh ke nusantara ini hanya mencari cengkeh,” imbuhnya.
Ujaran Gus Wal mengingatkan pada diplomasi rokok kretek H. Agus Salim.
Pada 4 Juni 1953, H. Agus Salim diplomat ulung Indonesia diundang dalam rangkaian acara kerajaan Inggris yaitu penobatan Ratu Elizabeth yang menggantikan ayahnya yang mangkat.
Grand Old Man (julukan H. Agus Salim) sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh diplomat pendamping, Robert Brash untuk berhenti merokok saat penobatan Ratu Elizabeth berlangsung di Westminster. Soalnya dalam perjalanan di mobil, Agus Salim terus-menerus merokok.
Saat jamuan makan malam di Buckingham Palace, ternyata Agus Salim tetap nekat menyulut rokok kreteknya. Dengan cueknya Agus Salim malah melambai-lambaikan kreteknya ke arah Duke of Edinburg, suami Ratu Elizabeth, Pangeran Phillip.
Agus Salim lalu menghampirinya dan berucap, “Apakah Paduka mengenal bau rokok ini?”
Pangeran Phillip menjawab, “Rasanya saya tidak mengenal aroma ini, Tuan.”
“Inilah yang menyebabkan bangsa Paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya,” balas Agus Salim, yang justru membuat Pangeran Phillip tertawa sehingga mereka malah akrab berbincang.
Pangeran Phillip terkesan dengan H. Agus Salim hingga ia mengenalkan Agus Salim kepada sang Ratu, “This gentleman comes from Indonesia.”