SintesaNews.com – Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh meminta Presiden Jokowi untuk memobilisasi dukungan terhadap Palestina.
Haniyeh meminta bantuan Indonesia melalui surat yang dikirim kepada Jokowi pada Rabu (19/5/2021). Dalam surat tersebut, Haniyeh meminta Jokowi untuk memobilisasi dukungan Arab, Islam, dan internasional guna menekan Israel untuk menghentikan agresi dan terornya di Jalur Gaza.
Dia juga mendorong Jokowi untuk menekan Israel supaya berhenti melakukan pelanggaran di Yerusalem yang diduduki. Pelanggaran tersebut seperti mendirikan permukiman ilegal, penggusuran paksa di lingkungan Sheikh Jarrah, dan diskriminasi rasial. Sebagai penutup suratnya, Haniyeh mendoakan Jokowi serta mengharapkan perkembangan lebih lanjut dari Indonesia.
Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman menanggapi bahwa Jokowi telah menyampaikan sikap pemerintah pada 10 Mei lalu.
“Hingga saat ini, Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan sikap Pemerintah Indonesia pada Senin 10 Mei 2021, yaitu mengutuk tindakan pengusiran paksa warga Palestina dari Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, dan penggunaan kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Masjidil Aqsha,” ujar Fadjroel, Jumat (21/5/2021).
Selain itu, Presiden juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan atas pelanggaran berulang yang dilakukan oleh Israel. Fadjroel menegaskan, Indonesia akan terus berpihak kepada rakyat Palestina.
“Pada Sabtu 15 Mei 2021, Presiden Joko Widodo sudah berbicara dengan sejumlah pemimpin negara (Turki, Singapura, Malaysia, Afghanistan, dan Brunei Darussalam) untuk menghentikan agresi Israel,” tambahnya.
Melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi yang berpidato dalam pertemuan Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Kamis (20/5/2021), Indonesia menekankan keamanan dan kesejahteraan manusia untuk menjadi prioritas utama. Menlu juga mendesak penghentian kekerasan yang terjadi di wilayah Palestina.
“Saya hadir di sini untuk menyerukan penghentian kekerasan dan gencatan senjata, untuk menyelamatkan nyawa mereka yang tidak bersalah, termasuk perempuan dan anak-anak. Keamanan dan kesejahteraan manusia selalu menjadi prioritas utama kita,” ujar Retno dalam pidatonya.
Retno menyoroti kekerasan dan kondisi buruk terhadap anak-anak di Palestina. Ia prihatin dengan kondisi anak-anak yang menderita akibat konflik.
“Satu pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita sendiri yaitu: berapa lama lagi kita akan membiarkan kejahatan tersebut berlangsung?” ucapnya.
Retno menyoroti kekerasan dan kondisi buruk terhadap anak-anak di Palestina. Ia prihatin dengan kondisi anak-anak yang menderita akibat konflik.
Selain itu, Retno menekankan, kemerdekaan warga Palestina di hadapan Majelis Umum PBB. Menurut Retno, agresi yang dilakukan Israel harus dikecam dan dihentikan.
Oleh karena itu, Retno mendesak Majelis Umum PBB untuk bertindak dan mengambil langkah-langkah konkret dalam menyelesaikan konflik.
Retno mendorong PBB segera menghentikan kekerasan dan menuntut adanya gencatan senjata serta memastikan agar konflik di Palestina tidak kembali terulang di masa depan.
“Kita harus dapat mencegah terulangnya kejahatan ini di masa depan,” tegasnya.
Ia juga mendorong PBB memastikan akses kemanusiaan dan perlindungan rakyat sipil dan mendorong negosiasi multilateral yang kredibel.
“Negosiasi yang kredibel sangat penting dalam memajukan perdamaian yang adil dan komprehensif, berdasarkan two-state solution dan sejalan dengan parameter internasional yang telah disetujui,” kata Retno.
Israel dan Hamas, kemarin akhirnya menghentikan serangan masing-masing setelah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, pada Jumat (21/05/2021) dini hari. Kesepakatan gencatan senjata itu difasilitasi oleh Mesir.
Ribuan warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat turun ke jalan untuk merayakan gencatan senjata, dan mengibarkan bendera dan mengibarkan tanda “V” untuk kemenangan.
Sebelumnya, saling serang antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama 11 hari. Israel tanpa henti melakukan pemboman ke Gaza, dibalas Hamas dengan meluncurkan ribuan roket ke Israel.
Berdasarkan laporan Aljazeera, pengeboman Israel di Gaza menewaskan sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak, dan membawa kerusakan luas ke wilayah yang sudah miskin itu. Di pihak Israel, 12 orang, termasuk dua anak, tewas.