Junko-San, Orang Jepang Berjualan Jagung di Bali

Penulis: Rani Takahashi

Saya kaget ketika mendengar ada seorang wanita Jepang paruh baya yang berusaha menyambung hidupnya di Bali dengan berjualan jagung manis dari rumah ke rumah.

Rasanya tak mungkin ada orang asing dari negara maju rela berjualan keliling layaknya tukang bakso, tukang buah, tukang gorengan dan tukang-tukang sejenisnya. Ini adalah pekerjaan yang oleh kebanyakan orang dianggap pekerjaan rendahan dan tidak menghasilkan banyak uang.

-Iklan-

Junko-san atau Bu Junko sudah menjadi WNI dan sangat mencintai Bali. Ia ingin menghabiskan hidupnya di Indonesia.

Ketika mengikuti jalan hidupnya, saya hanya bisa menggelang-gelengkan kepala dan mengagumi kegigihannya. Tidak sekali duakali ia ditipu oleh orang-orang yang mengaku teman, kerabat atau sahabat. Belum lagi para penjual barang dan para tukang yang membetulkan rumah reotnya.

Meski hidupnya tersungkur puluhan kali ia selalu bangkit kembali. Bekerja semaksimal mungkin dan tidak pernah merasa malu atas pekerjaan “rendahannya”. Ia tidak hanya menjual jagung keliling loh, tapi juga membersihkan rumah-rumah pribadi, villa dan pernah ikut Goclean!

Junko-san adalah pengajar bahasa Jepang di beberapa sekolah bahasa di Bali. Namun sejak covid merebak sekolah-sekolah itu gulung tikar.

Selain mengajar Junko-san pernah bekerja di beberapa hotel baik itu di Bali dan luar Bali. Bahkan ia pernah dipromosikan menjadi manajer. Namun jabatan bergengsi itu ditolaknya karena sadar bahwa ia tidak akan dapat mengelola departemennya dengan baik (karena sudah mengenal etos kerja teman-teman sejawatnya). Ia paham bahwa mengelola manusia lebih sulit daripada mengelola barang.

Junko-san juga seorang pelukis handal. Lukisannya sangat beragam dan berkesan imut dan lucu. Ia juga pernah mengajari putri saya.

Salah satu lukisan karya Junko-San. Foto: Rani Takahashi

Untuk Junko-san tidak ada pekerjaan yang hina. Ia menolak untuk meminta, meminjam atau mengelabui orang lain. “Dengan berjualan keliling saya bisa bertemu dengan banyak orang dan berinteraksi dengan para pelanggan saya,” demikian jawabnya.

“Apakah tidak ingin kembali ke Jepang?” tanya saya penasaran.

“Tidak. Ketika saya memutuskan untuk menjadi WNI saya akan tetap pada keputusan saya.”

Saat ini Junko-san sedang menata kembali hidupnya; setelah jatuh lagi dan lagi. Semoga diusia yang tidak muda ini ia mendapatkan impiannya: hidup layak dan tenang meski sederhana.

Rumah Junk-San di Bali. Foto: Rani Takahashi.

Semangat ya Junkosan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here