Penulis: Lintang Hani
Tiap malam jam 8:30, di salah satu chanel TV Hong Kong memutar sinetron dengan tema Penipuan di Dunia Maya (medsos) dengan modus asmara.
Sinetron yang menceritakan bagaimana sindikat cowok-cowok yang menyebar jaring cinta palsu di dunia maya.
Mereka menebar pesona dan perhatian pada cewek pengguna medsos yang lugu. Mengawali hubungan pertemanan yang meningkat jadi tempat curhat lalu simpati dan jatuh hati.
Lalu memanfaatkan antara rasa cinta dan simpati menjadi peluang untuk meraup uang dari para wanita yang sudah teracuni cinta setan. Mencintai sosok yang tidak berwujud nyata. Cowok anggota sindikat ini pura-pura memiliki hidup yang sukses dan paling “iyes”. Cowok special yang nyaris sempurna dalam kriteria seorang wanita. Ditambah lagi dengan kelembutan, perhatian yang siap 24 jam untuk dicaari dan dihubungi oleh wanita yang jadi sasaran tembaknya.
Setelah cewek sasarannya ini jatuh klepek-klepek dengan skenario buatan si cowok, mulailah dia membuat cerita untuk mengambil uang dari si cewek. Dengan dalih mendadak butuh biaya operasi karena kecelakaan, bisnisnya mendadak butuh suntikan Cash Flow, join bisnis dan berbagai modus lain.
Si cewek sudah tunduk. Akibatnya, logikanya ikutan luruh. Mengirimkan uang, transfer uang pada si cowok pacar dunia mayanya.
Setelah uang dikirimkan, si cowok menghilang.
Tinggal si cewek sakit hati, kecewa, dan putus asa lalu memutuskan untuk bunuh diri mengakhiri kisahnya.
Ini cara pemerintah Hong Kong mengkampanyekan Anti Penipuan di Dunia Maya, melalui sinetron yang ditayangkan di layar TV.
Ini yang saya sebut tayangan TV berbobot, dan sinetron mendidik. Kejadian nyata diangkat ke layar kaca.
Jadinya, para wanita jadi jati-hati dan waspada dalam melakukan Interaksi di dunia maya.
Kasus serupa juga banyak terjadi dan menimpa orang Indonesia. TKW banyak yang jadi korbannya. Beratus, beribu uang gaji hilang jadi makanan cowok sindikat asmara dunia maya.
Kasus luuaamaa…, buuuaanyaaak korbannya dan teruuus… bertambah.
”Logika Mati karena Cinta”.