MA Darut Taqwa Semarang Gandeng DP3A Wujudkan Madrasah Ramah Anak dan Anti Kekerasan

Penulis: Nurul Azizah

Dalam rangka mengembangkan karakter budaya anti kekerasan dan bullying di kalangan siswa-siswi dan para guru di lingkungan Madrasah, MA Darut Taqwa Semarang menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang.

Bentuk kerja samanya, MA Darut Taqwa mengundang dari DP3A Kota Semarang untuk menjadi nara sumber pada acara sarasehan dengan tema ‘pengembangan karakter budaya anti kekerasan (bullying)’ di MA Darut Taqwa Semarang. Kegiatan diadakan pada hari Selasa, 14 Juni 2022 jam 08.00 – 11.30 WIB diikuti oleh siswa-siswi kelas X dan XI semua jurusan dan perwakilan siswa dari sekolah atau madrasah lain.

Acara diawali dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh saudari Imam Maliki siswa kelas XI – IPS1. Kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta sarasehan.

Acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Kepala Madrasah Bapak Mohamad Sodikin, S.Ag, S.Pd, M.M kemudian acara inti yang disampaikan oleh Ketua Yayasan KH. Mudrik Abdullah Semarang, yaitu Abah Dr. KH. Mudrik Abdullah, S.Ag, M.M dengan judul: “Hindari Perilaku Kekerasan.”

Dalam rangka mewujudkan madrasah ramah anak, yayasan sepenuhnya mendukung program kerja yang bertujuan mendidik, mengarahkan, dan menyayangi anak-anak yang mau belajar di lingkungan MA Darut Taqwa.

Abah Mudrik tidak terlalu banyak memberikan materi pada pagi itu, karena akan ada acara selanjutnya.

Abah hanya memberikan materi tentang kekerasan fisik yang terdiri dari perkelahian, tawuran antar sekolah, pencurian dan lain-lain.

Selain itu Abah juga menyampaikan tentang kekerasan verbal yang berupa ancaman, intimidasi, ujaran kebencian, perkataan yang kasar dan lain-lain ujaran kebencian.

Materi berikutnya disampaikan oleh ibu Titik Hartini. S.Pd, M.Si Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang.

Anak di sini adalah anak-anak usia 0-18 tahun yang perlu dilindungi oleh orang tua, pendidik, masyarakat secara luas serta negara.

Latar belakang adanya kenakalan anak, diantaranya mengapa ada anak membangkang ke orang tua. Tidak harmonisnya orang tua dan anak kemudian muncullah kenakalan remaja.

Kenakalan remaja di Indonesia telah menjadi sebuah fenomena yang tidak terbantahkan.
Masa remaja (12-18 th) merupakan masa ikut-ikutan, baik ikut tawuran, ikut mengkonsumsi narkotika, dan ikut seks bebas dan lain-lain.

Kenakalan remaja menurut bu Titik terjadi pada saat arus dan kemajuan teknologi yang begitu gencar. Perilaku buruk yang mengarah pada kenakalan remaja, diprediksi akan mudah mempengaruhi remaja-remaja yang lainnya.

“Agar tidak terjadi kenakalan remaja yang meluas, maka perlu adanya pencegahan diri,” lanjut bu Titik.

Kenakalan remaja merupakan suatu perilaku remaja yang menyimpang dari norma, aturan dan hukum yang dilakukan oleh remaja pada masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Contoh kenakalan remaja, berkelahi, menonton video porno, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dan lain-lain.

Anak-anak remaja egonya terlalu tinggi, semua keinginannya minta dituruti. Anak-anak mudah sekali kena tipu daya dan hasutan untuk terjerumus di dunia glamor.

Contoh kenakalan remaja antara lain tawuran antar pelajar, angka pernikahan anak meningkat, anak SMP melahirkan karena pergaulan bebas dan lain sebagainya. Senang sesaat tapi ruginya seumur hidup.

Kenakalan remaja dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri, keluarga atau bahkan masyarakat. Dampak yang dirasakan dapat berupa fisik maupun mental.

Apa yg harus dilakukan agar tidak terjadi kenakalan remaja, antara lain yaitu membangun hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Ini juga hubungan baik antara guru dan siswa.

Apabila bapak ibu sering bertengkar, kemudian anak jadi korban atas pertengkaran tersebut. Anak bisa lapor ke bu Titik untuk dicarikan solusinya.

Yang ditangani adalah korban dari tindakan kekerasan, bukan orang yang tua yang melakukan kekerasan.

Dari kiri ke kanan: Kepala Darut Taqwa, Pak Bambang, Bu Titik, dan penulis.

Nara sumber berikutnya adalah bapak Drs. Bambang TM, M.M Sub Koordinasi Hak Sipil Informasi Partisipasi DP3A Kota Semarang.

Bapak Bambang membawakan tema tentang ‘Forum Anak.’ Suara anak adalah suara murni dari anak-anak yang tidak dipengaruhi oleh orang tua dan pihak lain.

Sifat anak-anak masih keangin-anginan, ikut-ikutan, kalau ada angin barat ikut ke barat, angin timur ikut ke timur dan seterusnya.

Untuk itu jadilah pelopor bagi teman-teman sebaya, tempat untuk curhat dan keluh kesah. Bisa juga jadi pelapor, kalau ada kejadian kenakalan remaja, kasus, segera dilaporkan ke DP3A atau terlebih dulu lapor ke JPPA tingkat kelurahan.

JPPA adalah Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak, ada di tingkat Kelurahan.

JPPA merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam perlindungan perempuan dan anak di level Kelurahan. Fungsinya untuk melakukan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Kepedulian terhadap terjadinya kekerasan di lingkungan madrasah harus dibangun. Jangan sampai ada yang cuek, masa bodo kalau ada kekerasan terhadap perempuan dan anak di lingkungan MA Darut Taqwa Semarang.

Di forum anak, anak-anak bisa jadi pelopor dan pelapor. Nyaman berteman, nyaman di tempat belajar, semua siswa terlindungi.

Sekolah bisa membentuk forum ramah anak. Untuk mensosialisasikan tindak pencegahan kekerasan dari tingkat bawah. Jangan sampai tradisi bullying beredar di lingkungan sekolah.

Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Tujuan dari bullying antara lain untuk menyakiti orang lain dan dilakukan secara terus menerus.

Agar suasana belajar lebih kondusif dan terarah, maka MA Darut Taqwa mengajak semua warga madrasah untuk mengembangkan karakter budaya anti kekerasan dan bullying.

Bapak ibu harus ingat, orang tua telah menitipkan putra putrinya untuk mencari ilmu di bangku sekolah. Ajak mereka berdiskusi tentang banyak hal. Itulah saran dan harapan dari pihak DP3A. Karena siswa-siswi yang ada di MA Darut Taqwa adalah generasi penerus perjuangan bangsa Indonesia.

Kesan dari bu Titik dan Pak Bambang, lingkungan MA Darut Taqwa adem dan sejuk. Siswanya mudah diarahkan dan jauh dari kenakalan remaja. Karena pola asuh dan asih dari bapak ibu guru serta bapak Ketua Yayasan yang mendidik dengan penuh kasih sayang. Semoga kelak anak-anak yang sekolah di MA Darut Taqwa yang beralamat di Jl. Ngumpulsari Bulusan Tembalang Semarang bisa mewujudkan cita-citanya.

DP3A Kota Semarang siap bekerja sama dengan guru bimbingan konseling (BK) dan OSIS untuk ikut mendampingi MA Darut Taqwa dalam menerapkan karakter anti kekerasan dalam rangka mewujudkan Madrasah ramah anak dan anti kekerasan serta bullying. “Bu Titik siap dicurhati atau dilapori kalau ada kekerasan anak di lingkungan madrasah ini, no WA ada di bapak dan ibu guru,” kata bu Titik dengan penuh semangat.

“Saya yakin MA Darut Taqwa dengan didukung pendidikan pesantren yang diasuh poro kiai alim ulama, insya Allah siswa-siswinya hidup damai jauh dari kekerasan dan kenakalan remaja,” katanya mengakiri wawancara dengan penulis.

Nurul Azizah, penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi’, minat hub. penulis WA 0851-0388-3445 atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here