Penulis: Nurul Azizah
Belum juga selesai ribut-ribut prahara di tubuh PBNU antara Gus Yahya Cholil Staquf mantan Ketum PBNU yang dilengserkan oleh Syuriah NU dengan Saifullah Yusuf atau Gus Ipul yang juga dilengserkan oleh Gus Yahya dari Sekjen PBNU. Bingung kan? Ya bingung lah mengapa diantara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama saling melengserkan.
Konflik internal di tubuh PBNU dikarenakan berebut kekuasaan, Gus Yahya tidak ingin dilengserkan oleh Syuriah NU. Karena nanti kalau Gus Yahya lengser penggantinya Rais Aam Syuriah NU yaitu Kiai Miftachul Akhyar dan di belakangnya ada Gus Ipul. Namun keputusan Syuriah NU tidak diterima oleh Gus Yahya dan kekeh tidak mau mundur. Kedua belah pihak memiliki alasan masing-masing.
Saya sebagai Nahdliyyin hanya bisa menyimak sambil seruput teh panas. Pasti warga Nahdliyyin bingung, ketum PBNU yang sudah dipecat malah mengadakan rapat rombak total kepengurusan PBNU termasuk Gus Ipul sebagai sekjen juga dipecat. Sudah dipecat malah pecat balik.
Menurut Syuriah NU KH. Sarmidi Husna ada penyimpangan serius yang dilakukan oleh Gus Yahya sebagai Ketum PBNU. Diantaranya tentang dokumen audit internal yang mengungkap tentang dugaan indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) senilai Rp 100 miliar. Juga isu kedekatan Gus Yahya dengan salah satu anggota zionis.
Sedangkan Gus Ipul sekarang ini lebih dekat dengan Presiden Prabowo Subianto. Masih ingat siapa pengusul Soeharto sebagai Pahlawan Nasional, tidak lain adalah Sekjen PBNU Saifullah Yusuf.
Pada tanggal 1 Desember 2025 Presiden Prabowo didampingi menteri sosial Saefullah Yusuf (Gus Ipul) mengunjungi lokasi pengungsian korban bencana banjir di Kutacane, Aceh Tenggara, Aceh pada Senin awal bulan Desember. Kemudian Presiden Prabowo dan Mensos Gus Ipul juga meninjau lokasi banjir di Sumatera. Rombongan presiden tiba di Bandara dan segera bergerak menuju titik pengungsian di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang menjadi salah satu banjir bandang yang berdampak paling tinggi pada warga.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) banjir dan longsor disebabkan oleh siklon tropis koto di laut Sulu dan bibit siklon 95B di Selat Malaka.
Tetapi oleh kelompok advokasi lingkungan Walhi banjir dan longsor akibat dari “kerusakan hutan” akibat penebangan kayu yang berlebihan dan pertambangan.
Untuk Gus Ipul yang menjabat Mensos bisa melihat sendiri betapa ngerinya banjir sampai mencapai tiga meter lebih, arus air deras menghayutkan gelondong kayu besar-besar, menghantam bangunan yang dilalui. Hutan gundul akibat penebangan pohon dan penambangan di hutan.
Setelah melihat murkanya Allah apakah Gus Ipul yang tahu hukum fikih dan tahu agama akan meneruskan kegiatan tambang yang diberikan kepada PBNU. Ingat Gus Qur’an Surat Ar-Rum: 41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena ulah tangan manusia”.
Apakah dengan kejadian banjir bandang dengan membawa kayu-kayu balok hasil jarahan para penebang liar dan penambangan, PBNU akan tetap terus melakukan pengolahan tambang.
Pengurus PBNU kok nambang? Opo ora wedi kualat, karena menyalahgunakan jabatan di PBNU. Pengurus PBNU memiliki tanggung jawab besar di bidang keagamaan. Memberikan petunjuk dan bimbingan menuju ajaran Islam berdasarkan ahlusunah wal jamaah. Jangan bilang ke media “apakah pengurus PBNU tidak boleh nambang?” Jawab saya apakah saat ini hasil tambang PBNU bisa menyejahterakan warga Nahdliyyin. Perlu diingat Gus, sampai saat ini warga Nahdliyyin masih iuran untuk melakukan kegiatan. Belum ada kucuran dana dari hasil tambang. Yang ada malah masalah tarik menarik karena urusan tambang. NU tambah hancur di mata masyarakat, bukannya Nahdlatul Ulama, NU malah menjadi ‘Nambang Uang’. Di mana di dalamnya bukan lagi Islam Rahmatan lil alamin malah rahmatan lil penguasa, rahmatan lil korporasi, rahmatan lil oligarki, rahmatan lil royalti tambang, rahmatan lil keuangan dan rahmat lil kekuasaan.
Kalau pengurus PBNU kok bermain tambang apakah tidak takut dosa dan murka Allah. Hanya mengejar hasil tambang tapi merusak lingkungan. Karena mengejar keuntungan dari penambangan, bukannya di ridhoi oleh Allah yang ada malah murka Allah. Banjir bandang di Sumatera dan Aceh itu akibat dari rusaknya lingkungan dan cuaca ekstrem. Hutan digundul menyebabkan hilangnya hutan dan habitat asli. Terjadi polusi air karena air mengandung bahan kimia beracun seperti merkuri, sianida dan logam berat. Erosi tanah mengakibatkan hilangnya lapisan atas tanah dan ini sulit untuk ditanami kembali.
Akibat lain terjadi banjir bandang yang memporak-porandakan bangunan warga, perkampungan terendam air dan terkubur oleh tanah. Infrastruktur rusak, jalan raya terputus, jembatan hanyut korban jiwa bertambah banyak baik yang meninggal dunia dan hilang terseret arus air.
Bagaimana Gus Ipul masihkan PBNU akan meneruskan kegiatan tambang? Sementara panjenengan sibuk menolong orang yang menjadi korban imbas dari bencana akibat penebangan pohon dan penambangan di hutan.
Nurul Azizah penulis Buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI”, dan “Dari Perempuan NU Untuk Indonesia.” Pesen buku hub. WA 085810220132
















