Penulis: Erri Subakti
‘Jujurly‘, dalam kurun waktu 2 periode pemerintahan Presiden Jolowi dimana PKS tidak ada di dalam pemerintahan, telah terbukti Indonesia semakin maju dan menjadi negara yang terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan global, sehingga Indonesia dipandang hormat di seluruh dunia.
Sebut saja dari mulai WHO yang mengakui Indonesia menjadi negara terdepan dalam menangani pandemi, termasuk berhasil mengatasi dampak buruk ekonominya. Lalu Bank Dunia yang menyebutkan bahwa dunia akan mengalami resesi ekonomi KECUALI Indonesia. Dan kepemimpinan Jokowi sebagai Presidensi G20 yang berani menjadi penengah antara Ukraina dan Rusia, yang langsung pergi menemui kedua pemimpin negara-negara tersebut dan disambut hangat seperti sahabat.
Dan itu semua TANPA ADA PKS di dalam pemerintahan.
Belum lagi sudah tak terhitung program-program pemerintah yang berdampak sangat signifikan untuk kemaslahatan rakyat. Infrastruktur jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan raksasa, bandara bertaraf internasional, dll. hingga ke pelosok negeri semua dibangun tak saja sekedar dibangun, namun juga indah dan megah, membanggakan.
Dan itu semua TANPA ADA PKS di dalam pemerintahan.
Sudah bukan rahasia lagi pergerakan parpol ini merayap halus dengan akal bulus penuh muslihat ke dalam masjid-masjid dan mimbar-mimbar dakwah, ditambah gimmick marketing untuk menyasar masyarakat yang awam agama.
Ajaran wahabi yang dibawanya berkelindan dengan ormas khilafah radikalisme seperti FPI, HTI, NII, bahkan juga diam-diam mendukung aksi terorisme. PKS tak pernah mengutuk aksi-aksi terorisme.
PKS mengklaim telah menguasai masjid besar di seluruh Indonesia melalui kepengurusan Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).
Bahkan DPP PKS mengaku bersepakat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melakukan Wahabi di Indonesia.
“Khusus kepada Keluarga Besar Wahabi, yaitu Hizbut Tahrir, FPI, LPPI, JIL dan Persis beserta dosen dan mahasiswa UIK, UIN, dan IPB agar semakin merapatkan barisan dan segera mengambil tindakan yang dianggap perlu karena adanya peningkatan gerakan Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam melakukan kegiatan yang bertentangan dengan syariat Islam,” pernyataan DPP PKS.
Pernyataan DPP PKS itu sempat tersebar di media sosial, yang kesemua pernyataannya memang tidak mengejutkan, karena dalam praktek di lapangan demikian.
Sudah bukan rahasia lagi PKS mengharamkan:
· Menyelenggarakan Maulid Nabi SAW
· Membaca Tawasul dan Tahlil kepada orang yang sudah meninggal
· Mengamalkan Wirid dan Yasin Fadhilah
· Membuat dan mempercayai isim atau jimat
· Membaca Usholi di awal sholat
· Membaca Basmalah di awal surat dalam bacaan sholat
· Membaca doa qunut di waktu sholat subuh
· melakukan ziarah ke makam
· Membakar kemenyan, buhur dan wangi-wangian
· Mengikuti aliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang musyrik
Yang notabene hal itu semua merupakan amalan yang sering dilakukan masyarakat muslim Indonesia yang merupakan pengikut Nahdlatul Ulama (NU).
PKS juga terang-terangan pernah menyebut jika NU adalah kelompok jahiliyah dan musyrik.
Surat pernyataan sikap DPP PKS pada NU sebagai kelompok jahiliyah dan musyrik berupa foto atas peristiwa yang terjadi 22 April 2007, diunggah akun Twitter Cassava @4Y4NKZ (26/1).
Bangsa ini BUKAN Islamophobia. Bangsa ini fobia terhadap radikalisme, terorisme, khilafah, kadrunista, monaslimin, bahaya laten FPI, HTI, NII, Khilafatul Muslimin, JAD, JAT, ISIS, dll.
Bangsa ini tidak fobia dengan NU, dengan tahlilan, dengan doa qunut, bahkan dengan Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam ‘sejuk dan adem’ lainnya yang mencintai NKRI dan berpedoman pada Pancasila.
Bangsa ini hanya capek dengan kedok agama nyatanya bejat. Atau segala klaim hijrah merasa paling Islam dari yang lain. Selain kelompoknya dianggap “belum syar’i.”
Muak dengan kelompok seperti ini.
Dan tak jauh-jauh kelompok ini hampir pasti berafiliasi ke PKS.
Jangan Ada PKS di NKRI
Baca juga: