Penulis: Wandi Ruswannur
Namanya Nindyo Andayaning Pandusaputri, yang biasa dipanggil Nindy atau Dyo. Ia kuliah di jurusan Ilmu Hukum di Fakuktas Hukum Universitas Surabaya.
“Dari Semester 3 saya kuliah sambil kerja jadi Freelance MC dan News Anchor di salah satu Stasiun TV lokal di Surabaya bernama JTV,” katanya kepada SintesaNews.com, Ahad (23/01/2022).
Ia mengatakan, di sana dituntut bisa menggunakan bahasa daerah karena program yang dibawakan berbahasa Jawa.
“Singkat cerita selain program tersebut, ada tiga program yang saling bergantian untuk dibawakan yaitu liputan olahraga di pagi hari, berita di siang hari, dan berita bahasa Jawa di malam hari,” tutur pemilik akun instagram @nindysaputri .
Nindy bercerita banyak suka duka yang dilalui, seperti berangkat kerja dari pukul 4 pagi untuk siaran dan pulang setelah siaran pukul 10 malam.
“Semuanya dilakukan hampir 6 tahun dengan enjoy, sampai akhirnya saya lulus kuliah tahun 2015 dan alhamdulilah diterima di AirNav Jakarta. Tetapi bapak enggak setuju saya kerja di Jakarta hingga akhirnya tidak mengambil kesempatan emas itu tapi memilih kerja di Bank BRI selama 1 tahun sambil mencoba apply S2 ke Universitas Leiden dan Universitas Amsterdam, Belanda, tetapi memang, law attraction, i’ve found gravity in aviation,” ungkap wanita yang hobinya berolahraga.
Nindy melanjutkan, melihat ada seleksi Pramugari Garuda Indonesia dan Citilink, ia masih termotivasi untuk kerja di dunia Aviasi karena skripsi yang digarap juga tentang International Air Law, hingga akhirnya memutuskan ikut seleksi keduanya di waktu yang bersamaan.
“Alhamdulillah dari beberapa tahapan seleksi yang cukup berat, bisa membuahkan hasil keduanya sampai pantuhir. Namun entah kenapa Ibu dan Bapak berpesan supaya memilih Garuda Indonesia, walaupun pada saat itu dikabarkan bahwa Calon Cabin Citilink akan ditempatkan di base Surabaya dan Garuda Indonesia di homebased Jakarta,” paparnya.
Sampai akhirnya Nindy lolos tahapan seleksi kesehatan dan meninggalkan pekerjaan sebagai Frontliners di Bank BRI dan Presenter.
“Saya mendapat banyak bekal dari beberapa pekerjaan sebelumnya, seperti waktu kerja sebagai Banker dan Presenter, saya bisa memanfaatkan teknik menghitung uang untuk menghitung penumpang. Aku bisa berkomunikasi dengan nyaman walau dengan seseorang yang baru dikenal,” imbuhnya.
Nindy menyebut tidak ada sama sekali penyesalan hingga detik ini ia bekerja sebagai Pramugari di Garuda Indonesia, karena dirinya menemukan kenyamanan dan mendapatkan lebih dari sekedar materi yaitu kekeluargaan, persahabatan, pendidikan, pengalaman dan masih banyak lagi.
“Terkadang masih ngerasa belum percaya aja, di sini bergabung bersama-sama teman-teman yang hebat, kuat, mandiri, open minded dan tahan banting lahir batin,” imbuhnya.
Kadang Nindy merasa heran, saat mendengarkan teman-teman satu profesi curhat seperti ada saja masalah di hidupnya tetapi pas sedang bekerja, dijalankan dengan professional dan bisa memotivasi diri supaya semakin kuat dalam keadaan apapun.
Nindy juga bercerita mengenai resiko kecelakaan kerja. Ia pernah merasakan blown tyres alias ban pecah saat landing dan semua ban bagian belakang habis tinggal velg-nya saja saat penerbangan CGK-KNO di bulan puasa dengan penumpang full bisnis dan ekonomi.
“Alhamdulillah tidak ada evakuasi karena Cockpit Crew bisa me-manage dengan baik, kami diselamatkan sesuai normal prosedur lewat tangga manual dan penumpang dijemput bis, dengan ucapan terima kasih dan tersenyum lebar,” tambahnya.
Nindy mengungkapkan bahwa semua pekerjaan pasti memiliki resiko, tinggal bagaimana kita me-manage menjadi sekecil mungkin resiko dengan mental yang kuat dan tangguh, begitu pula dipekerjaan lain.
“Pesanku jangan pernah menyerah apapun pekerjaan kita sekarang dan lakukan dengan sepenuh hati jangan setengah-setengah, juga beribadahlah dengan cara bekerja, semoga lelahnya jadi lillah serta teruslah merendah sampai tidak ada seorangpun dapat merendahkanmu,” tutupnya.