Penulis: Roger P. Silalahi
Terjadi lagi, perundungan terkait jilbab, entah sudah ke berapa kali hal ini terjadi di berbagai Sekolah Negeri yang seharusnya menjadi tempat belajar bertoleransi, miniatur toleransi di Indonesia.
Kali ini terjadi di SMAN 1 Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
Pelakunya disebut seorang guru Matematika bernama Suwarno yang berusia 54 tahun, laki-laki yang mungkin menganggap dirinya beragama.
Orang tua siswa tidak terima mendapatkan anaknya gemetaran ketakutan dan menolak melanjutkan sekolah, lalu melaporkan hal ini ke Polres Sragen. Gerak cepat berbagai pihak seperti Sekretaris Disdikbud Jateng, Kepala Sekolah SMAN 1 Sumberlawang, dan jajaran anggota Komisi E DPRD Jateng ditunjukkan.
Sayangnya gerak cepat mereka semua hanya memamerkan kebodohan dan kejahatan yang bahkan lebih buruk lagi dari pelaku perundungan. Mereka menganggap trauma anak dapat diselesaikan hanya dengan minta maaf, mereka menganggap perundungan oleh guru bukan sesuatu yang fatal. Komisi E DPRD dan Sekertaris Disdikbud Jateng tidak mendalami kasus, meremehkan kasus, dan menindaklanjutinya dengan hanya separuh hati.
Hal ini mungkin karena mengira bahwa kasus ini tidak diketahui detail kejadiannya oleh publik Indonesia, atau mungkin sengaja dilakukan untuk menutupi fakta sebenarnya.
Kebiasaan menutupi dan melindungi setiap pelaku radikalisme oleh Pejabat Negara, utamanya di tubuh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi di seluruh Indonesia ini sudah mendarah daging rupanya.
Yang (tidak) terhormat Komisi E DPRD Jawa Tengah dan Sekertaris Disdikbud Jawa Tengah, supaya Anda sekalian (terpaksa) tahu, kesalahan tidak hanya dilakukan oleh Suwarno sang guru matematika, tapi juga oleh seorang guru perempuan (nama belum diketahui) yang bertanya pada korban, “Agamamu apa…?”, sungguh keterlaluan…!
Itu guru atau intimidator…???
Anda sekalian harus menindak mereka, bukan sekedar mediasi minta maaf. Jangan pikir Anda sekalian menyelesaikan permasalahan dengan membiarkan pelaku lari dari tanggung jawab sebagai pendidik, sebagai pegawai negeri, apalagi lari dari tanggung jawab secara hukum. Proses semua secara hukum, PECAT dan PIDANAKAN…!
Sejak kapan guru boleh mengintimidasi siswa, boleh dengan secara langsung maupun tidak langsung menghina, menginjak, serta melakukan tindakan yang bertentangan dengan Pancasila dan Konstitusi…?
Tidak sadarkah Anda sekalian para guru sekolah negeri bahwa kalian hidup, makan, dan digaji oleh negara yang ber-Pancasila dan berdasar pada Konstitusi itu….
Mendidih darah saya mengetahui keseluruhan kejadian dan muak saya melihat tindak lanjut yang diambil atas kasus ini. Bukan hanya karena perilaku berbau radikalisme itu saja, tapi lebih dari itu mengetahui bahwa Wakil Rakyat dan Pejabat Penanggungjawab Pendidikan seolah bersekongkol menyelamatkan pelakunya.
Nadiem Makarim, bekerjalah sebagaimana seharusnya seorang Menteri bekerja, bertindaklah sebagai Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, tunjukkan keberpihakan pada anak didik, pada generasi penerus bangsa, pada negara, pada Pancasila dan Konstitusi, jangan hanya diam.
Sudah terlalu banyak kasus berbau radikalisme, intoleransi, perundungan, hingga kriminal di institusi pendidikan yang adalah tanggung jawab Anda.
Pembiaran dan permakluman hanya akan memperpanjang daftar anak didik yang menjadi korban, yang hancur masa depannya, dan itu tanggung jawab Anda.
Jangan hanya pandai bicara dan mengumbar janji, sebagaimana yang Anda lakukan terhadap kasus SMAN 2 Depok. Anda berjanji melakukan investigasi melalui Itjen Kemdikbud, sementara yang terjadi adalah pengaburan fakta yang sebenarnya.
Jangan juga Anda berlindung dengan bicara Perda, karena Pusat punya kewenangan penuh untuk membuat batasan atas peraturan daerah terkait pendidikan, Anda tinggal buat batasan perimeternya, buat sistem kontrolnya, lakukan dan terapkan, lengkap dengan sanksinya. Kalau driver Gojek kasar kepada Customer, perilakunya akan diketahui pusat, driver bisa dipecat, terapkan sama terhadap guru yang seharusnya melayani dan melindungi anak didiknya.
Nadiem Makarim, dengarkan tangis anak-anak yang seharusnya tertawa ceria, yang seharusnya dilindungi oleh pelukan erat Anda sebagai Penanggungjawab Utama Pendidikan di Indonesia.
Roger P. Silalahi
Investigator
Aliansi Anak Bangsa Pemerhati Pendidikan