Penulis: Niken Sri Rahayu
Biasanya orang semakin sepuh akan semakin bijak dalam berpikir, bertindak dan mawas diri. Tetapi ada juga yg sebaliknya, usia semakin sepuh malah semakin menggemaskan dan memicu keinginan publik untuk nabok.
Hal tersebut di alami salah satu politisi senior dari negeri Astina pura yang konon bergelar Patih Sengkuni.
Dia mulai dikenal oleh publik waktu aksi mahasiswa di tahun 98.
Dia bukanlah inisiator ataupun pelopor dalam aksi tersebut.
Dia hanyalah oknum yang menunggangi aksi tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Dari aksi tunggang-menunggang tersebut dia berhasil duduk di kursi 1 MPR.
Tak puas sampai di situ saja kemudian dia dengan penuh percaya diri maju di pilpres 2004.
Di kontestasi ini dia gagal melaju karena minim pemilih.
Didepak dari partai besutannya kini dia mendirikan partai baru yaitu partai kumat.
Entah inspirasi dari mana nama itu, mungkin pada saat memberikan nama pada partai barunya tersebut sakit giginya sedang kumat maka jadilah partai kummat.
Kekonyolan terbaru adalah ancaman kepada Walikota Solo Gibran bahwa dia akan mengacak-acak kota solo
Ancaman itupun direspon Gibran dengan santai namun menohok, “Acak-acakken nek wani“, kata mas Gib.
Kedua adalah ancaman kepada presiden akan adanya aksi people power jika presiden tidak turun.
Ancaman hanya tinggal ancaman tanpa adanya realisasi NGGEDABRUSH POWER.
Ada beberapa kemungkinan dari tidak adanya realisasi dari ancaman-ancaman tersebut, pertama tidak adanya respon atau dukungan dari pihak lain dan kedua terbentur masalah dana.
Agaknya kedua kemungkinan tersebut dua-duanya memang terjadi. Minim pendukung dan krisis pendanaan yang menjadi penyebab tidak terealisasinya ancaman-ancaman tersebut
Niat tebar pesona ke kubu oposan dengan selalu menyerang presiden juga gagal. Tidak satupun dari pihak oposan yang merespon semua aksi mr sengkuni
Dalam dunia pewayangan tokoh Sengkuni adalah tokoh jahat yang selalu memanfaatkan setiap momen untuk keuntungan pribadi.
Dengan kelihaiannya bermain lidah dia melakukan adu domba sana-sini demi tercapai ambisinya.
Tidak peduli nggedebus dan nggedabrush. Karena dia sadar bertempur secara sehat sudah pasti keok.
Jadilah nggedebus dan nggedabrush menjadi senjata andalan dalam setiap usaha-usahanya memenangkan sebuah pertempuran.
Nggedabrush power ini akan selalu menjadi jurus andalan karena cuma itu yang sanggup dia lakukan.
Di usianya yang sudah sepuh tersebut dia sudah kehabisan daya untuk bertempur secara ksatria.
Jangankan bertempur secara ksatria nadzar jalan kaki Yogya-Jakarta saja sudah tidak mampu dia penuhi.
SALAM RAHAYU🇮🇩🇮🇩❤️❤️