SintesaNews.com – Dilansir dari BBC, Pada awal Juni, suhu udara di sebagian Siberia mencatat 30 derajat celsius. Bulan sebelumnya, di Khatanga, Rusia—terletak di Lingkar Arktika sebelah 72 derajat utara—mencatat rekor suhu bulan Mei sebesar 25,4 derajat celsius.
Jika dibandingkan dengan suhu di Jakarta saat tulisan ini dibuat, 7:15 WIB, suhu saat ini berkisar di angka 24 derajat celcius. Artinya suhu di lingkar Arktika 1 derajat lebih tinggi dari suhu pagi ini di Jakarta, Indonesia.
“Rekor suhu dari tahun ke tahun dipecahkan di berbagai tempat di dunia, namun Arktika memanas lebih cepat ketimbang tempat-tempat lain di dunia,” ujar Dr Dann Mitchell, profesor bidang sains atmosfer di Universitas Bristol.
“Dengan demikian, tidak mengejutkan melihat rekor dipecahkan di wilayah ini. Kita akan melihat lebih banyak kejadian seperti ini dalam waktu dekat,” imbuhnya.
Sebagai perbandingan, suhu udara di Inggris, salah satu sumber SintesaNews.com juga melaporkan saat ini cuaca di Inggris lebih panas dari biasanya. Bahkan 2,5 derajat lebih panas dari Jakarta pagi ini, yaitu di angka 26,5 derajat celcius.

Lebih dari 30 tahun terakhir, kawasan Arktika memanas dua kali lebih cepat dari rata-rata global.
Infografis di bawah ini menunjukkan bahwa di seluruh dunia, sepanjang periode 1960-2019, suhu udara rata-rata secara umum meningkat sekitar satu derajat celsius.
Lihat bagaimana daerah kutub utara lebih merah dan semakin kelam. Ini menunjukkan bagaimana suhu di daerah itu meningkat lebih tinggi dari kawasan lain – sekitar empat derajat celsius.
Suhu di Lingkar Arktika besar kemungkinan mencapai rekor pada Sabtu (27/06) mendatang, dengan temperatur diperkirakan menyentuh 38 derajat celsius di Verkhoyansk, sebuah kota di Siberia, Rusia.
Verkhoyansk, yang dihuni sekitar 1.300 jiwa, berada di dalam Lingkar Arktika. Tahun ini kota itu mengalami iklim ekstrem, dari rata-rata -42 derajat celsius pada Januari hingga 20 derajat celsius pada Juni.
Suhu dalam beberapa bulan terakhir di Lingkar Arktika mencapai angka yang tinggi secara abnormal. Kawasan Arktika diyakini mengalami pemanasan dua kali lebih cepat jika dibandingkan dengan rata-rata bagian dunia lainnya.
Gelombang panas yang muncul terus-menerus di Lingkar Arktika membuat sejumlah ahli meteorologi khawatir. Pada Maret, April, dan Mei, Copernicus Climate Change melaporkan bahwa suhu rata-rata mencapai 10 derajat celsius di atas normal.
Tak ayal suhu panas yang ekstrim ini juga memicu kebakaran hutan yang diperparah dengan angin kencang di Kutub Utara.