Penulis: Niken Sri Rahayu
Alkisah seorang yang katanya sholeh asal negeri seberang ambisi banget nyapres di negeri ini.
Seorang lulusan universitas negeri Biden atas sponsor keluarga kayu harum yang sangat rajin menata kata tak bermakna.
Seorang yang ketika menjabat menteri pendidikan salah hitung, ketika menjabat gubernur kelebihan bayar dan ketika pidato kampanye salah baca data tetapi kata pendukungnya cerdas level international.
Padahal ketika keluyuran politik ke luar negeri tak ada satupun orang menyambutnya. Tapi hebatnya para pendukungnya selalu membandingkan capres lucu tersebut dengan Jokowi yang prestasi dan kepopulerannya sudah go international yang selalu disambut antusias di setiap kunjungannya ke luar negeri
Antitesa Jokowi, kemampuan berbahasa inggrise menjadi kebanggan para pendukungnya. Mereka lupa atau malah tidak paham jika skill managerial dan jiwa leadership yang sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin
Mengandalkan politik antitesa Jokowi memperlihatkan ketidakmampuan berpikir dan berpolitik capres sholeh tersebut sekaligus pengusung dan para pemdukungnya. Tingkat kepuasan terhadap Jokowi mencapai 80% bahkan lebih.
Jadi mereka ingin melawan yang 80% tersebut.
Bunuh diri donk. Hehe.
Setelah terbukti elektabilitas yang makin anjlok isu penjegalan dirinya di kontestasi Pilpres 2024 dimainkan.
Lagi-lagi model permainan klasik yaitu playing victim.
Sebenarnya jika kita mau berpikir isu penjegalan itu sengaja mereka lempar sebagai alasan untuk meninggalkan capres sholeh tersebut saja karena mereka tahu capres yang mereka usung tidak mungkin menang.
Kemudian jika kemampuan berbahasa inggris yang dibanggakan dan dianggap layak memimpin negeri ini maka Cinta Laura lebih pantas jadi ratu memimpin negeri ini.
Rakyat negri ini telah makin cerdas dan mengerti.
Cuma 20% yang konsisten tulul.
Skill tukang becak terlalu halu jika bermimpi menjadi pemimpin di negeri ini.
Ups hehe.
SALAM RAHAYU🇮🇩🇮🇩❤️❤️