PNIB: Terkait Fahmi Alkatiri dan Hafdhana, Saatnya Trah yang Import Sadar Diri atau Pergi dari NKRI

SintesaNews.com – Ketua Umum PNIB [Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu] AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) menanggapi dengan keras terkait maraknya peristiwa intoleransi dan SARA di awal tahun 2022 ini.

“Kami PNIB mengecam dan mengutuk keras terkait apa yang dilakukan oleh Hafdhana Firdaus dengan apa yang dilakukannya di Semeru,” kecam Gus Wal.

“Dari pakaiannya, dari tampilannya ia ingin menunjukkan bahwa ia dan kelompoknya adalah kelompok agamis yang paling suci, paling benar dan paling paham soal agama, tapi kenyataannya adalah Hafdhana Firdaus ini produk manusia gagal paham dalam memahami agama. Hafdhana Firdaus ini contoh manusia tak layak hidup di negeri yang mengutamakan adab tata krama dan sopan santun. Apa artinya Hafdhana Firdaus ini beragama kalau tidak beradab, tidak punya sopan santun dan tidak punya tata krama? Pertanyaannya adalah siapa gurunya, siapa kelompoknya dan siapa yang menyuruhnya?” Gus Wal mempertanyakan.

“Manusia-manusia seperti Hafdhana Firdaus dan yang sepaham dengan sepertinya perlu dicabut hak kewarganegaraanya, tak perlu dilindungi oleh undang-undang negara, namun segera hukum mati agar tak jadi contoh bagi yang lainya,” tegas Gus Wal.

Gus Wal menambahkan, “Kalau memang betul Hafdhana Firdaus sang penendang sesajen dan penghina budaya Nusantara juga merupakan bagian dari kelompok/ormas terlarang FPI HTI, penyebar faham ideologi transnasional radikalisme khilafah terorisme, maka seharusnya tak perlu ada pengadilan baginya, cukup ditembak dan mayatnya dibuang ke penangkaran buaya. Buat apa manusia yang anti budaya Indonesia seperti itu hidup di Indonesia, kalau pun dia mati jangan pernah biarkan ia dikubur di tanah yang dihinanya seperti tindakannya.”

“Setali tiga uang dengan Hafdhana Firdaus, kembali terjadi penghinaan kepada suku bangsa pribumi asli nusantara yang dilakukan oleh Fahmi Alkatiri yang merupakan manusia biadab tak berbudaya, tak tahu diri keturunan arab yang sampai detik ini masih numpang hidup, numpang makan, numpang kencing, numpang berak, numpang beranak pinak di tanah warisan nenek moyangnya,” kecam Gus Wal lagi.

“Orang macam Fahmi Alkatiri dan sejenisnya seyogyanya dan se-Indonesianya perlu dicabut hak kewarganegaraanya, dimiskinkan, atau lebih baik buang orang semacam Fahmi Alkatiri dan sejenisnya ke negeri para leluhurnya yang tandus itu,” ujae Gus Wal.

“Usir Fahmi Alkatiri dan sejenisnya,” imbuhnya.

Semakin hari dari tahun ke tahun semakin banyak orang orang keturunan arab mau pun keturunan trah import lainya yang kurang ajar menghina negara ini beserta budaya dan tradisinya dengan dalih sebuah keyakinan ataupun trik politik kelompok mereka yang memang tak beradab dan berbudaya. Gus Wal membeberkan.

“Sudah Selayaknya jika negara kembali menerapkan status kewarganegaraan bagi para kelompok trah-trah import, agar mereka mereka ini sadar diri kalau mereka di Indonesia ini hanya numpang lahir, jidup di negeri surga ini,” jelas Gus Wal.

Selama ini seperti ada sebuah exclusivisme bagi trah-trah Imprort ini, hingga kaum asli pribumi nusantara ini menjadi seperti warga kelas teri, sedangkan trah-trah import malah menjadi seperti warga kelas 1 dan kelas 2, kita pribumi nusantara malah seperti warga kelas 3 atau kelas warga paling bawah.

“Jika dahulu kala Presiden Soekarno bisa menasionalisasi perusahaan perusahaan asing yang ada di Indonesia, sekarang apa susahnya negara ambil alih kekayaan para trah-trah import itu. Tidak ada susahnya jika negara melakukan itu dan pasti seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke akan mendukungnya,” papar Gus Wal.

Ia melanjutkan, “Apa yang dilakukan oleh trah-trah import ini sudah sangat menyakitkan, selain sudah menguasai dan memonopoli ekonomi, juga sektor lainya, namun mereka ini ternyata tak punya rasa terima kasih kepada negara dan kepada warga pribumi dengan masih selalu menghina dan merendahkan trah pribumi asli nusantara dari Sabang sampai Merauke beserta tradisi budayanya yang sangat kaya.”

“Para keturunan asing baik keturunan arab ataupun keturunan lainya jika tak tahu diri, kami sebagai manusia asli nusantara meminta anda-anda sadar diri dan tahu diri, cepat atau lambat pasti terjadi “Chauvinis Nusantara” yang akan sangat antipati kepada keturunan trah-trah import yang sudah seperti menjajah Indonesia, menginjak-injak harga diri dan kehormatan Nusantara Indonesia beserta tradisi budayanya yang sangat luhur dan agung,” kata Gus Wal.

“Kami trah asli pribumi nusantara sudah muak dan marah dengan keturunan trah arab dan keturunan trah lainya yang selalu membuat kegaduhan dan mengganggu kedamaian, ketentraman, ketenangan hidup bermasyarakat berbangsa bernegara,” tegasnya.

Gus Wal kemudian berpesan.

“Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara.”

“Jaga Kampung Desa dari Omicron Corona, Talibanisasi, Hoax, Intoleransi, Radikalisme Khilafah Terorisme, Dai Provokator dan PA 212.”

“Tangkap, Adili dan Hukum Berat Dai Provokator dan Segera Tindak tegas nan bubarkan PA 212,” ujar Ketum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB).

“Sudah saatnya trah asli pribumi nusantara berjaya di tanah warisan leluhurnya. Jangan biarkan para trah import dan pendatang berpesta menjajah kita dan menginjak injak harga diri dan kehormatan Nusantara,” tutupnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here