Tujuh Fakta Sumpah Pemuda yang Kamu Perlu Tau

SintesaNews.com – Masih banyak anak muda era kini yang belum tau seperti apa heoriknya Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang brilliant untuk dicetuskan saat itu. SintesaNews merangkumnya dalam 7 Fakta Sumpah Pemuda yang Kamu Perlu Tau.

1. Peran Kunci Muhammad Yamin

Muhammad Yamin menyodorkan kertas kepada Soegondo Djojopoespito Ketua Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928. Itu hari terakhir pelaksanaan kongres. Yamin tidak mau Kongres Pemuda II berakhir tanpa keputusan seperti Kongres Pemuda I, dua tahun sebelumnya, 1926, meski telah menghasilkan pengerucutan konsep mengenai pentingnya persatuan.

-Iklan-

Soegondo menyimak serius tulisan Yamin. “Saya setuju,” kata Soegondo. Ia menyerahkan kertas itu ke Amir Sjarifuddin, wakil Jong Bataks Bond. Amir juga setuju. Kertas itu berpindah tangan ke pimpinan sidang yang lain.

Wajar hampir tidak ada yang keberatan dengan naskah M. Yamin. Ia dikenal pandai dalam berbahasa dan menyusun frase, supaya bisa diterima semua pihak. Mahasiswa Fakultas Hukum ini memang paling getol menuliskan publikasi mengenai Kongres Pemuda II untuk diterbitkan di surat kabar.

Usia Yamin saat itu 25 tahun, ia datang sebagai wakil Jong Sumatranen Bond. Di kongres itu ia menjadi sekretaris. Pada Kongres Pemuda I tahun 1926, ia juga yang terlibat aktif. Saat itu ia mengusulkan bahasa persatuan yaitu Bahasa Melayu. Jelas saat itu usulan tersebut sukar untuk disepakati. Tapi setelah itu ia menjadi Ketua Jong Sumatranen Bond.

Belajar dari Kongres Pemuda I, Yamin membuktikan kepiawaiannya dalam menulis dan berbahasa agar keputusan yang dihasilkan dari kongres bisa disepakati bersama. Ia menyusun kalimat terakhir yang dapat diterima semua pihak; “menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia.”

Dengan frase tersebut artinya bahasa daerah tidak dihilangkan, tetap ada dan digunakan namun sebagai bahasa persatuan menggunakan Bahasa Indonesia.

Keandalan Yamin dalam membuat frase yang bisa menggetarkan rasa kebangsaan bukan kali itu saja. Yamin juga yang mencetuskan frase “tanah air”, dan “Indonesia tumpah darahku.”

Dua frase itu yang akhirnya diambil menjadi lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya.

2. Rumah Sie Kong Liong tempat Sumpah Pemuda Dibacakan

Rumah ini juga merupakan tempat kos Muhammad Yamin (sekarang di Jalan Kramat, rumah ini kini menjadi Museum Sumpah Pemuda).

Kongres Pemuda II yang pada hari pertama dilaksanakan di aula gereja Katedral, hari kedua di gedung Oost-Java Bioscoop, dan di hari ketiganya atau terakhir dilaksanakan di rumah kos-kosan milik keturunan Tionghoa bernama Sie Kong Liong.

3. Lirik Lagu Indonesia Raya Tidak Boleh Dikumandangkan saat Kongres Pemuda II

Lirik lagu Indonesia Raya tidak diizinkan oleh polisi Belanda untuk dinyanyikan saat Kongres Pemuda II, 28/10/1928. Wage Rudolf Supratman hanya boleh memainkan biolanya.

Awalnya WR. Supratman memberikan lirik lagu Indonesia Raya dalam secarik kertas kepada Ketua Kongres Pemuda II, Soegondo Djojopoespito. Membaca lirik lagu itu Soegondo ketar-ketir, kalau sampai dinyanyikan, polisi-polisi Belanda yang sejak awal Kongres selalu mengawasi akan langsung membubarkan kongres ini.

Soegondo lalu memberanikan diri menanyakan kepada utusan dari kantor Voor Inlandsche Zaken, Van der Vlaas. Vlaas memperbolehkan lagu itu dimainkan tanpa liriknya.

Dengan jas putih dan peci hitam, pria berkacamata itu membuka tas biolanya dan memainkan gesekan biola yang melantunkan Indonesia Raya di hadapan hadirin sidang Kongres Pemuda II 1928. Meski hanya lewat instrumental, alunan lagu itu membangkitkan nasionalisme ratusan pemuda saat itu semakin menggelora.

Lirik lagu Indonesia Raya akhirnya dimuat di koran Sin Po pada terbitan 10 November 1928. Koran yang nekad.

4. Koran Sin Po

Koran yang paling getol memberitakan tentang Sumpah Pemuda 1928 itu adalah surat kabar Sin Po.

Padahal polisi Belanda menyita semua dokumen, termasuk naskah asli sumpah pemuda. Hanya dari koran Sin Po, Sumpah Pemuda terdokumentasikan.

Sin Po menjadi surat kabar yang berperan penting dalam sejarah pergerakan nasional. Media cetak yang pertama kali muncul pada 1910 ini didirikan orang-orang Tionghoa peranakan dan menyuarakan nasionalisme Indonesia.

5. Kongres Pemuda II Dilaksanakan dengan Bahasa Belanda

Keseluruhan sidang di Kongres Pemuda II 28/10/1928 berlangsung dalam bahasa Belanda.

Polisi Belanda mengawasi sidang para pemuda itu sejak awal hingga akhirnya menyita semua dokumen Kongres Pemuda II tersebut.

Kebayang betapa nekadnya para pemuda menghasilkan Sumpah Pemuda yang langsung bikin panas polisi Belanda.

6. Kongres Pemuda II Sempat Ricuh

Kericuhan ini dikarenakan para polisi Belanda panas kupingnya ketika ketegangan sidang makin memuncak.

Gelora nasionalisme sulit dibendung dari dalam dada pemuda dan pemudi peserta kongres. Raden Ajeng Sundari dari Keputrian Indonesia Muda mengatakan pentingnya menanamkan rasa cinta tanah air. Lalu Inoe Martakusuma juga menimpali, “Persatuan penting supaya negara kita bisa sejajar dengan Belnda dan tidak dijajah lagi.”

Dhuar!

Kalimat seperti itu pada masa itu dianggap berbahaya bagi Belanda. Sontak sekelompok polisi yang dipimpin Ajun Komisaris Van der Plugt bangkit dari bangku mereka, menghentikan pidato, dan memerintahkan remaja di bawah 18 tahun untuk meninggalkan ruangan.

Meski kongres bisa terus dilangsungkan, tapi begitu kongres berkahir jelang tengah malam, polisi Belanda menyita semua dokumen termasuk naskah asli Sumpah Pemuda. Dan dokumen-dokumen Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 tak terlacak lagi keberadaannya.

7. Guyonan Saat Pemuda 1928 Kongkow

Saat para pemuda kongkow 28 Oktober 1928, mereka tidak selalu serius membahas soal pentingnya persatuan, tapi juga bercanda-bercanda.

Salah satu guyonan waktu itu, ketika pemuda asal Yogya, Jusupadi Danuhadiningrat, nongkrong bareng Muhammad Yamin dan Adnan Kapau Gani -pemuda minangkabau.

Adnan nyeletuk ke Jusupadi, “Kalau situ dahar gudeg ame nasi, jangan lupa plus ama pempeknya. “Dan bagusan lagi tambah rendang,” Yamin menimpali.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here