Ankh

Penulis: Erri Subakti

Apa Kabar Sahabat

Sore ini kusempatkan mampir ke tempat peristirahatan terakhirmu sobat.

Chris Peter, namamu tertera di batu nisan itu. Kau mendahuluiku Chris. Bukankah semestinya aku yang terlebih dahulu mati konyol tanpa makna kehidupan dibanding dirimu yang berbuat baik bagi sesama saat menjalani hidupmu..?

-Iklan-

Kalau bukan karena kamu Chris…, aku sudah tak bernyawa tanpa arti dalam cengkeraman narkoba. Bubuk-bubuk setan!

Terimakasih sahabat.., kamu menyelamatkan hidupku, sehingga aku masih bisa memperbaiki kehidupan ini menjadi lebih berarti. Mendapat kesempatan hidup kedua.. Syukurku kepada Tuhan atas ini semua….

Ingatanku melompat saat aku mulai melanjutkan studiku di Melbourne. Ketika itu aku malah semakin larut dalam kesenangan hidup yang semu.

Naifnya aku ketika aku merasa tak akan kecanduan zat-zat haram itu, padahal tanpa kusadari konsumsiku akan bubuk-bubuk laknat semakin meningkat kian waktu.

Aku memang mengenal minuman keras semenjak remaja. Meningkat mengenal mariyuana. Namun ternyata seberapa banyak pun aku menenggak minuman yang berkadar alkohol tinggi, aku tak pernah mengalami mabuk seperti teman-temanku saat itu.

Entah ada apa dalam metabolisme tubuhku. Ketika semua teman-teman sudah terkapar dan mabuk, aku masih bisa berpikir waras dan segar-segar saja. Sehingga hanya aku yang masih bisa konsentrasi untuk menyetir mobil jika semuanya sudah ‘tepar’. Begitu juga dengan mariyuana. Ya mungkin aku tetap merasakan high… tapi aku tetap dalam kondisi sadar untuk bisa melakukan banyak hal dan berbicara dengan normal.

Tanpa terasa, shabu-shabu pun kukonsumsi. Dan malah semakin meningkat penggunaannya. Lucunya barang tersebut pun tidak membuatku kehilangan kesadaran. Justru sebaliknya. Aku bisa tambah fit. Dan dengan lancarnya beraktivitas normal seperti belajar! Bahkan dengan menggunakan shabu-shabu aku mampu mengerjakan berbagai tugas kuliah seperti membuat paper atau menulis proposal.

Di Melbourne, aku tidak saja bergaul dengan kelompok mahasiswa bertipe belajar, karena mereka mendapatkan beasiswa untuk studinya. Aku juga bergaul dengan kelompok mahasiswa anak-anak dari para pejabat, pengusaha di Indonesia. Tapi mereka adalah anak-anak manja yang hanya menghabiskan duit orang tua, malah asik berpesta narkoba.

Aku semakin larut dalam peningkatan pemakaian narkoba saat itu. Hingga dari menggunakan ‘bong’ aku mencoba menggunakan jarum suntik untuk heroin. Bodohnya aku saat itu Chris…

Sejak itu studiku pun terbengkalai… Hidupku rusak… aku kembali ke negeri menjadi blangsak.. itu katamu waktu itu Chris…, “Jauh-jauh sekolah ke luar negeri, pulang-pulang jadi blangsak..!”

Aku hanya diam Chris.. Karena memang hanya kamu yang bisa membuat ku terdiam dengan omelan, bahkan gamparan darimu.

Semua teman-teman saat itu menjauhiku. Aku merasa sendiri. Tapi hanya kamu yang masih menerimaku sebagai sahabat.

Aku melanjutkan hidup semakin tak tentu arah. Di satu sisi aku sangat kecanduan dan membutuhkan zat-zat adiktif itu terus. Tapi keuanganku pun tak mampu untuk memenuhi rasa itu..

Sakit Chris.. rasanya sangat sakit seluruh persendian tubuhku jika menginginkan barang-barang haram tersebut. Sampai aku harus menelan entah berapa butir obat-obatan sakit kepala sekaligus… Kadang aku racik sendiri obat-obatan yang mampu sedikit meredakan rasa ingin itu…

Sampai aku terlibat dalam dunia gelap yang semakin kelam…

Aku sempat menjadi asisten seorang pengusaha yang gemar judi dari satu klub ke klub lainnya. Hanya karena aku ingin mendapat imbalan uang atau barang-barang yang kubutuhkan. Saat itu aku serasa hidup di dunia lain… sangat aneh..

Aku sering mengalami skip.. ya itu istilahku… Semisal memoryku terakhir hanya mengingat aku pergi ke suatu klub dengan bos di hari Jum’at, lalu sadar-sadar aku sudah ada di Hari Senin.

Sering aku terbangun di kamar hotel dan ternyata sudah beberapa hari terlewati. Entah apa yang kulakukan, seperti kehilangan kesadaran. Aku seperti zombie yang bergerak tanpa ruh diriku sendiri selama beberapa hari.

Itu gila Chris… dan mulai muncul segala halusinasi-halusinasi yang membuatku semakin cemas. Aku selalu takut aku diintai oleh polisi, tentara, intel, atau aparat lainnya. Aku seperti orang gila yang selalu ingin bersembunyi.

Aku ingat suatu saat, sekitar pukul 3 dini hari tiba-tiba aku datang ke rumahmu dengan ketakutan yang amat sangat. Aku merasa sedang dikejar-kejar oleh aparat hukum. Setelah kau bukakan pintu aku langsung masuk ke dalam rumahmu dan mencari tempat persembunyian. Aku bersembunyi di kolong meja makan dengan terduduk menggigil.

Mungkin hal itu sudah beberapa kali kulakukan. Maka kamu pun sudah tidak aneh lagi melihatku demikian.

Saat aku sadar kamu bercerita hal itu semua. Dari mulai kamu yang menggeretku ke kamar mandi dan mengguyurku. Sampai kamu akhirnya dengan santainya selalu membawakanku teh manis hangat untuk menenangkanku.

Kamu tak pernah banyak bicara saat aku sedang berhalusinasi seperti itu. Hanya teh manis hangat.. ya teh manis hangat selalu kau berikan dari tanganmu untukku.

Kau bilang, “Percuma gue ngomong sama lo kalo lo lagi kayak gitu.. mending gue ngomong sama Brownies, anjing gue…”

Entah apa yang kamu campurkan dalam teh manis hangatmu.. ataukah memang kau buat itu karena rasa pedulimu padaku.. setelah aku sadar dari halusinasi, secara perlahan aku mulai tersentuh untuk menyudahi kehidupanku yang semakin kacau.

Tapi itu sangat berat Chris.. berat sekali.. beberapa kali aku mengalami kesakitan hingga merasa aku harus bunuh diri.. aku sengaja menyakiti diriku sendiri, dengan membentur-bentukan kepala ke tembok atau bahkan menyilet-nyliet tanganku sendiri.. agar rasa perih dan pedih sayatan silet itu mampu menghilangkan rasa sakitnya tubuh ini saat aku menginginkan barang-barang jahanam itu.

Segala macam obat-obatan, apapun itu kukonsumsi sebanyak-banyaknya hingga…..

Aku serasa mau mati.. panas dingin.. sangat menggigil.. kurasa sudah tiba saatnya….

Masih sempat kupencet nomormu pada HP-ku… “Chris….” Hanya kata itu, lalu aku tak sadarkan diri.

***

Aku terbangun di ranjang rumah sakit. Kulihat sahabat-sahabatku, Chris dan Nena, Oji, Nyoman dan Lia, ada di kiri kanan ku. Masih dalam kondisi terbaring, kutanyakan pada mereka apa yang terjadi. Dan kejadian itu menjadi titik balik hidupku.

Kamu telah menyelamatkanku sahabat….

Meski kamu Chris kini telah damai, kamu menyelesaikan hidupmu, berkorban karena tugas mulia.

Chris yang aktif di sebuah LSM pemberdayaan komunitas-komunitas pedalaman, dan suku-suku terasing, memberikan berbagai pendidikan dan pelatihan, menjadi fasilitator dan advokasi atas hak-hak hidup berbagai suku-suku yang masih tinggal di dalam hutan. Di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Dan saat di Sulawesi Tengah itulah terjadi mimpi buruk. Terjadi kerusuhan dan konflik antar warga masyarakat. Padahal ketika itu kamu sedang ada dalam komunitas Suku Wana yang kau ceritakan padaku bahwa mereka tinggal di atas pohon di dalam hutan.

Tapi kamu pun dengan sukarela ikut menjadi bagian atas tim fasilitator untuk memediasi kerusuhan dan konflik di sana. Namun Tuhan amat sayang padamu Chris… Kamu tewas terbunuh oleh orang tak bertanggungjawab… itu menjadi sejarah yang menyakitkan dalam persahabatan kita Chris…

Kamu memang terlahir dan hidup di dunia untuk menunjukkan terang bagi manusia lain.

Tekad.. hanya itu yang kupunya. Selain entah apa yang kamu berikan padaku untuk sekedar memulihkan kondisi tubuhku dari kecanduan narkoba.

Kadang kamu memberikanku sebuah batang kecil yang harus kumakan. Aku tak tau batang pohon apa itu. Namun rasanya sangat pahit sekali… kamu dapatkan itu setelah dari Kalimantan.

Selain itu pun kamu memberikanku tembakau dan racikannya yang dilinting sendiri dan mengatakan bahwa itu adalah terapi untuk mendetoxifikasi racun-racun dalam tubuhku.

Banyak teman-teman pecandu yang saat itu sudah mati, karena overdosis ataupun karena penyakit lainnya akibat kecanduan narkoba, tidak membuatku jera dan berhenti menggunakan narkoba. Tapi kasih yang tulus dari para sahabat, justru menjadi kontrol yang lebih kuat dari sekedar rehabilitasi dan terapi apapun.

A true friend walks in… when the rest of the world walk out…

Teman sejati datang saat seluruh dunia pergi meninggalkan kita…

***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here