Halusinasi Swasembada Beras

AI generated

Penulis: Dahono Prasetyo

Sepertinya baru kemarin sore mendapat kabar Indonesia surplus beras. Prestasi fenomenal industri pangan di era pemerintahan Jokowi, berlanjut aklamasi di orde Prabowo.

Namun optimisme swasembada beras mendadak buyar malam harinya ketika menemukan kabar kebingungan pemerintah mengendalikan harga beras.

Fenomena pagi singkong sore peuyeum sudah terlampau sering terjadi.

-Iklan-

Data di lapangan yang berorientasi ABS dipahami sebagai prestasi. Sampai ke meja petinggi negara menjadi utopia yang buru-buru dirayakan dalam pesta semu.

Data surplus 24,97 juta ton beras dari BPS dan Bulog disampaikan ke publik tanpa cek realita tata kelola. Menteri sibuk menepuk dada, Wapres tepuk tangan, Presiden mendongakkan kepala.

Harga beras naik di saat lumbung penuh beras kembali ke persoalan tata kelola. Datanya palsu atau mafia pangan menahan supply? Pemerintah kalah taktik, sibuk makan permen karet.

Kalau (katanya) BBM satu harga bisa kenapa beras tidak bisa? Kalau bisa dimahalkan kenapa harus dimurahkan?

Naiknya harga beras bukan berarti petaninya mendadak bisa beli I-Phone. Tetap dihargai sebagai buruh tani.

Para Marhaen yang dimiskinkan oleh sistem.
Akibat negara berselingkuh dengan kapitalis.

Gitu kan Wi dan Wo?

@Dahono Prasetyo

Baju koko kurta Pria linen tangan panjang coklat pastel atau shitake brown kemko cowok coksu Atva Rp149.000

 

Madu Azzura – Hitam Plus 450gr (Buy 1 Get 1) Rp126.000

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here