Pendapat 7 Kandidat Ketua ILUNI UI Tentang UI Connect

Penulis: Ari Wijaya

Pada hari Selasa 22 Juli 2025, anggota WAG Makara Society yang berisi kumpulan alumni UI dari berbagai fakultas, mengajak ketujuh kandidat ketua umum ILUNI UI untuk berdiskusi tentang UI Connect yang akan dipakai pada perhelatan Pemilihan Langsung Ketua Umum ILUNI UI atau PEMILA ILUNI UI 2025. Dinamika diskusi dalam WAG Makara Society ini juga diikuti oleh SC dan OC PEMILA dan Munas, serta Forum PEMILA UI Transparan, sehingga para alumni berharap panitia lebih concern terhadap isu-isu yang berkembang dan menemukan solusi terbaik atas masalah yang dihadapi, terutama tentang kinerja UI Connect yang sudah jelas sangat jelek di mata para pengguna.

Baca: Mengenal 7 Kandidat Ketua ILUNI UI 2025

-Iklan-

Berikut adalah kompilasi pendapat para kandidat tersebut tentang rencana panitia atas penggunaan UI Connect sebagai voting engine:

1. Boni Fasius Hargens – FISIP 2000

Boni berkomentar cukup singkat tentang UI Connect, “penggunaan mixed-methods lebih fair, (jadi) selain UI Connect ada alternatif lain, jangan hanya menggunakan UI Connect yang disputable”.

2. M. Pradana Indraputra – FEB 2010

Menurut Pradana soal UI Connect, “waktu itu kami juga sudah pernah mengajukan keberatan, karena saya rasa semua kandidat dan pemilih kerepotan, tapi tentunya sebagai peserta kontestasi, kami akan ikuti apapun aturan yang berlaku, dan kami percayakan kepada OC dan SC untuk membenahi hal tersebut”.

3. Ivan Ahda – FPsi 2003

Sebagai salah satu kandidat yang mengikuti kontestasi pemilihan ketua ILUNI UI di PEMILA 2025, Ivan menyikapi riuh pendapat, termasuk beberapa pertanyaan dan pernyataan yang mengaitkan dirinya dengan kondisi UI Connect hari ini:

  • Aplikasi UI Connect adalah janji Ivan saat maju sebagai kandidat ketua ILUNI periode 2016-2019, dan berhasil diselesaikan pembuatannya saat Ivan menjabat sebagai ketua Communication Center ILUNI UI di periode 2016-2019,
  • UI Connect mencatat performance baik saat digunakan dalam PEMILA ILUNI UI 2019, dimana saat itu implementasi UI Connect sebagai sistem voting berjalan baik dengan kolaborasi ILUNI Fakultas, ILUNI UI dan intensitas pengawalan SC dan OC dalam menjaga reliability dan security aplikasi UIC.
  • Ivan menyerahkan utilisasi dan pengembangan UI Connect pada pengurus berikutnya, sehingga sejak tahun 2019 sudah tidak terlibat dalam pengembangan maupun maintenance UI Connect, apalagi pada akses database UIC.

Belum diketahui dengan standar apa Ivan mengklaim bahwa performance UIC buatannya bagus, tetapi dalam kontestasi periode saat ini, PEMILA ILUNI UI 2025, Ivan dan tim juga mengaku memiliki beberapa catatan terkait dengan kemudahan verifikasi UI Connect. “Dan kami menggunakan mekanisme yang sama dengan semua kandidat, dengan memberikan umpan balik dan surat melalui mekanisme formal ke OC dan SC Pemila UI” , ujarnya.

Saat ditanya pengujian apa saja yang sudah dilakukan pada UIC buatannya di tahun 2016-2019, “seinget saya ada stress test sebanyak 2x, saya lupa detailnya, tapi sepertinya saat itu tidak ada audit sistem, cmiiw”. Dan menurut Ivan, jika SC dan OC bisa menjelaskan kesiapan UIC sebagai voting engine yang aman dan reliable, dia cenderung untuk melanjutkan pemakaian UIC. Tetapi jika ingin mengganti UIC dengan platform lain, Ivan dan tim juga tidak keberatan, asal terpenuhi kesiapan reliability, security dan user friendly-nya. “Filosofi dan semangat UIC sebenarnya adalah beyond dari sekedar alat voting” , pungkasnya.

Ivan dan tim juga menghimbau para alumni UI untuk mengawal bersama semangat, dalam menjaga dan meningkatkan partisipasi alumni seluas-luasnya. Adapun sebagai kandidat, sikap Ivan dan tim akan terus mendorong agar komunikasi terkait progres pembenahan sistem dilakukan secara terbuka, dan membuka ruang diskusi dalam mitigasi risiko kelancaran proses voting nanti.

4. Ratu Febriana Erawati – FIB 1996

Ratu atau yang akrab dipanggil Aie, menyampaikan pengalamannya sebagai panitia PEMILA ILUNI UI tahun 2016, bahwa pemilihan saat itu menggunakan sistem iReg & iVote berbasis web karena UIC sendiri baru mulai di 2018. Saat itu dilakukan pengujian Penetration Test (untuk keamanan) dan Stress Test (memastikan reliabilitas), dan proses saat itu aman dengan registrasi masuk menjadi DPT 20.000an dan suara masuk 11.000an. Pelaksanaan eVote dilakukan di TPS menggunakan laptop-laptop khusus yang sudah dicek dan dites oleh tim IT panitia. “Saya setuju sistem yang sekarang dilakukan audit, meskipun pasti panitia sudah mempunyai rencana untuk itu, tetapi yang menjadi masalah adalah panitia belum maksimal mensosialisasikan rencana dan jadwalnya dengan baik. Berkali-kali kami menyampaikan kepada panitia untuk terbuka dan terstruktur dalam mensosialisasikannya tapi hingga saat ini belum terlaksana. Setidaknya sosialisasi UIC untuk pendaftaran saja hingga saat ini belum ada, dan saya rasa banyak alumni belum tahu bahwa ada update-update terbaru di sistemnya, karena hingga kemarin saya (juga) masih mengalami data belum tervalidasi dan menegur tim verifikator fakultas. Tadinya saya pikir mereka belum melakukan validasi, tapi ternyata validasi sudah dilakukan, HANYA belum ter-update di sistemnya. Ternyata khusus untuk iOS ada update terbaru, jadi saya harus update aplikasi dulu”, hal-hal seperti itu yang menurut Aie harus tersosialisasi dengan baik, sehingga tidak menimbulkan prasangka.

Apabila panitia PEMILA ILUNI 2025 memutuskan menggunakan sistem eVote berbasis web, ada tambahan saran dari tim IT PEMILA 2016 yaitu:

  • Pengujian kemasan dan kehandalan (reliabilitas) sehingga saat diakses oleh user dalam jumlah besar tidak ada masalah,
  • Lihat log PEMILA sebelumnya, maksimum akses per-jam berapa, dan tes ketika diakses user dalam jumlah besar pada saat bersamaan aman atau tidak, jangan sampai user tidak bisa login atau OTP tidak terkirim.
    Demikian Aie berusaha menyampaikan masukan berdasarkan pengalamannya menjadi panitia, dibantu oleh tim IT PEMILA saat itu, 2016.

Untuk perhelatan PEMILA ILUNI UI 2025 kali ini, dalam kaitannya dengan penggunaan UI Connect, Aie mengaku sering menyatakan keberatan ke panitia tentang kurangnya komunikasi antar panitia dan para kandidat. Tidak adanya progres kinerja harian yang bisa di-publish, sehingga masing-masing verifikator fakultas terekspos progres berkalanya dan bisa diketahui mana yang lambat dan cepat. “Ini yg saya minta ke panitia, tapi belum diproses juga”, keluh Aie:
1. Data rekap pergerakan DPS harian,
2. Sosialisasi jadwal pengujian sistem,
3. Sosialisasi planning eVote,
4. Jadwal penetapan DPS diperpanjang.

5. Rapin Mudiardjo – FH 1996

“Saya tegas menolak (penggunaan UIC), UIC harus di-reset ulang, dengan konsekuensi PEMILA ILUNI UI 2025 mundur, ngga ada isu (lain) sih menurut saya, karena organisasi kan punya mekanisme (pemunduran jadwal PEMILA). Bila (UIC) terus dipertahankan sudah pasti banyak kandidat (setidaknya lebih dari satu) yang masih terkendala teknis, istilahnya banyak “bugs”. Dan dalam perspektif ilmu, banyaknya “bugs” di dalam sebuah sistem, menandakan sistem tersebut tidak sesuai dengan prasyarat keamanan” , demikian menurut Rapin, ketika diminta pendapatnya tentang penggunaan UI Connect dalam PEMILA ILUNI UI 2025.

Rapin juga mengungkap banyak terjadi hilangnya motivasi dari calon pemilih, karena UIC tidak user friendly, “ini harusnya menjadi pertimbangan panitia, jika UIC masih belum siap ya opsinya: perbaiki UIC, perpanjang waktu Pemira, buat mesin baru utk Pemila, dan atau offline voting”.

Bahwa adanya hambatan dan kesulitan untuk mengikuti perhelatan PEMILA ILUNI UI per tiga tahunan ini, menurut Rapin juga merupakan bentuk “pengebirian” hak demokrasi di kalangan Alumni UI. “Bagaimana OC menentukan DPT, jika basis datanya tidak dapat mewakili kepentingan orang banyak. Banyaknya alumni yang masih kesulitan utk mendapatkan status “validate” merupakan gambaran bahwa UIC perlu disempurnakan. Kalau panitia terutama OC tidak berani mengambil upaya taktis utk memitigasi permasalahan ini, maka sebaiknya PEMILA 2025 DITUNDA! Saya kira penundaan waktu adalah untuk kepentingan yang lebih besar, dan Munaslub bukan sesuatu yang tabu!” , tegasnya lagi.

6. dr. Dewi Puspitorini – FK 1987

Dewi sebagai kandidat no. 6 hanya menyampaikan singkat ketika ditanya pendapatnya soal UI Connect, “Speechless, kenapa nggak dipersiapkan jauh–jauh hari, UIC ‘kan manfaatnya bukan hanya untuk Pemila ya.”

7. Pramudya Oktavinanda – FH 2001

Tentang UI Connect, Pramudya menegaskan bahwa, ”UI Connect punya banyak masalah, (jadi) bisa dipertimbangkan untuk mempermudah partisipasi calon pemilih biar pada makin semangat, dengan membuka akses pintu lain, asal lebih reliable dan tetap terverifikasi. Semangatnya ‘kan pemilih harus benar terverifikasi, transparan dan bisa dicek sama masing-masing tim pemenangan, sehingga tidak ada dusta di antara kita”.

Baca: Kabar Pemilu IA-ITB dan Pemila ILUNI UI

Demikian rangkuman pendapat ketujuh kandidat ketua umum ILUNI UI tentang UI Connect sebagai voting engine yang rencananya dipakai oleh panitia perhelatan PEMILA ILUNI UI 2025, dalam diskusi mereka bersama para anggota WAG Makara Society. Ketujuh kandidat setuju bahwa UI Connect belum dapat diandalkan, jadi membuka peluang untuk dipakainya metode voting lain, bahkan platform atau voting engine lain.

Baca juga:

Forum Pemila UI Transparan Desak Panitia Pemilihan Ketua ILUNI UI agar Aplikasi UI Connect Diaudit untuk e-vote dan Rekap Suara

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here