Penulis: Langit Quinn
Yang lagi rame dan jadi tontonan netijen se-Indonesia, selebgram Agnes Jenifer dan Michelle Halim terlihat saling sindir di sosial media, dan perang komentar yang membahas alasan seseorang belum menikah dan seringkali bergonta-ganti pasangan.
Mulanya, Agnes Jennifer memposting quotes tentang seorang wanita yang tak kunjung menikah, namun selalu membahas soal pernikahan.
“Ketika orang yang gak pernah di Sah-in dan gak ada yang mau nikahin tapi ngebahas pernikahan. Ibarat orang gak bisa masak, tapi ngajarin bumbu dapur,” tulis quotes yang dibagikan Agnes Jennifer, 8 November 2025.
Melihat postingan tersebut, tak lama kemudian Michelle Halim pun mengunggah konten video dengan caption seperti bereaksi dengan sindiran Agnes di sosial media.
“Nyuruh orang lain nikah, katanya kalo gak nikah digilir padahal hidup dia aja berantakan setelah nikah,” kata Michelle Halim.
Aksi saling sindir dan sahut menyahut satu sama lain tersebut akhirnya semakin memanas setelah Michelle Halim merespons Agnes Jeniffer dengan beberapa konten.
“Ganti-ganti pacar dan memutuskan blom nikah karena blom nemu yg cocok tuh ga digilir kok. Yaa mungkin dulu si cici cara pacarannya binal kali ya, jadi semua dianggap rata seperti dia? aduh. Gak semua wanita binal dia aja kali,” sambung Michelle Halim.
Sebelumnya, Agnes Jennifer pun sempat membuat konten nyeleneh dengan kalimat wanita yang belum menikah dan suka digilir, hal tersebut langsung direspons pedas oleh Michelle Halim di Instagram.
“Kalau dia bilang digilir, artinya ya dia dulunya begitu digilir. Kalau dia bilang dipacarin trus dibuang, ya dia dulunya pernah di buang laki (padahal biasa kan cewe yg hempas laki yaa)”
“Gpp diselingkuhi, ya emang nyatanya diselingkuhi. Bisa bilang ‘kita harus punya value’ Tapi at the same time bilang gpp diselingkuhi, coba konsep opo iki mbakkk kok blunder nemen ngene,” sentil Michelle Halim ke Agnes Jennifer.
Kendati demikian sindiran tersebut sontak membuat Agnes Jennifer kesal, dan meminta informasi terkait brand apa saja yang bekerja sama dengan Michelle Halim agar ia tidak menerima pekerjaan yang serupa.
“Tolong ya gaes info gw brand2 yg kerja sama si hidup penuh kepalsuan……. Mau gw blacklist. Tp kl brand abal2 gak perlu info. Krn gw ga terima yg abal2 juga hempas. Bukan krn gw bermasalah dng brand tp pemilihan KOL ataupun muse itu seharusnya mencerminkan persona brand. Jadi saya tidak mauuu,” bunyi postingan Agnes Jennifer.
——-
Kadang kita melihat dua perempuan saling menyerang di media sosial, saling sindir soal siapa yang lebih benar, siapa yang lebih berharga, siapa yang “lebih layak” dicintai atau dinikahi, siapa yang merasa paling tinggi levelnya demi bisa menjatuhkan yang lainnya, siapa yang merasa paling wah dan yang lain dianggap ada di bawahnya.
Di permukaan, itu terlihat seperti perang ego.
Tapi kalau kita lihat lebih dalam, sering kali itu bukan soal siapa menikah duluan, siapa lebih cantik, siapa paling kaya, siapa paling laku, siapa paling paling… Dan lain sebagainya.
Kadang itu hanyalah suara luka yang sedang berteriak.
Dalam psikologi, ada istilah shadow projection, bayangan diri yang tidak kita terima, lalu kita lemparkan ke orang lain.
Bagian dari diri yang pernah disakiti, dipermalukan, dibandingkan, lalu tumbuh menjadi defensif dan agresif.
Dan ketika seseorang tidak berdamai dengan lukanya, ia tidak menyerang orang lain karena benci… tetapi karena ia takut menjadi seperti bayangan yang ia cemoohkan.
Perempuan yang mengejek yang belum menikah, mungkin pernah merasa tidak cukup.
Perempuan yang menyerang perempuan yang sudah menikah pun, mungkin pernah merasa disakiti dalam hubungan.
Dua perempuan ini tidak sedang berebut siapa lebih mulia. Mereka sedang berebut pembenaran:
“Aku baik-baik saja. Pilihanku benar. Aku tidak kalah.”
Padahal, perempuan yang tidak merasa terancam tidak akan perlu membuktikan apa-apa.
Perempuan yang damai dengan hidupnya tidak perlu menyerang pilihan hidup orang lain.
Ini bukan soal siapa binal, siapa diselingkuhi, siapa paling layak, siapa paling tinggi levelnya. Siapa paling laku.
Ini hanya dua hati yang sama-sama lelah, saling memantulkan luka yang belum sembuh.
Karena perempuan yang sudah berdamai dengan dirinya, akan bilang:
“Jalanmu bukan jalanku. Tapi aku doakan kamu bahagia.”
Dan perempuan yang hatinya utuh tidak perlu menang di mulut, karena ia sudah menang di jiwanya.
Pelajarannya?
Jangan balas luka dengan luka.
Jangan jadikan standar bahagiamu dari hidup orang lain.
Jangan biarkan dunia yang keras membuat hatimu keras juga.
Pada akhirnya, kita semua sedang berjalan pulang menuju diri yang lebih utuh.
Dan tidak ada satupun perempuan yang benar-benar menang dari saling menjatuhkan.
Mereka yang benar-benar menang adalah yang bisa berkata:
“Aku pernah terluka. Tapi aku selesai dengan perang yang bukan tugasku lagi.”
Semoga suatu hari, semua sampai di titik itu.
Amin.















