Bahlil Kena PHP, Vivo dan BP mundur teratur dari Pembelian BBM Pertamina

Penulis: Langit Quinn 

Bahlil Kena PHP, Vivo dan BP mundur teratur dari Pembelian BBM Pertamina yang kualitasnya di bawah standar, Sementara Shell boro-boro ngelirik.

Sebanyak 100.000 barel base fuel yang udah diimpor akhirnya mangkrak, mau dipake sendiri oleh “plat merah”, xixixi.

-Iklan-

Padahal awalnya, Vivo dan BP-AKR udah oke buat ambil base fuel alias bensin polos tanpa pewarna dan aditif. Bahkan Vivo sempat deal ambil 40 ribu barel. Eh, malam itu juga langsung cancel.

Alasan mereka simpel: nggak mau ambil risiko dengan BBM yang kandungan etanol-nya kelewat tinggi. Kandungan etanol di dalam bensin impor Pertamina tembus 3,5 persen, terlalu tinggi buat standar mereka.

Salut sih, SPBU swasta ini kelihatan konsisten jaga kualitas. Lebih baik gak jualan ketimbang ngerusak reputasi di depan pelanggan. Urusannya reputasi dan kepercayaan kepada pelanggan breee.
Kalau nekat beli, nama baik yang telah dijaga selama ini bisa ambruk selevel dengan BBM oplosan dalam sehari wkwkwk….

Nah, kenapa sih etanol tinggi ini jadi masalah besar?

Soalnya kalau kadar etanol kebanyakan, efeknya bikin mesin sengsara: korosif ke komponen karet, plastik, sampai logam. Etanol juga gampang nyerap air, ujung-ujungnya timbul endapan, mesin ngadat, performa jeblok, umur kendaraan pendek.

Makanya kalau lo isi BBM “plat merah” dengan kadar etanol tinggi, tarikan mesin bisa langsung berasa “aneh”. Jangka panjang? Siap-siap keluar duit lebih buat benerin mesin.

Bahaya spesifik etanol kebanyakan di BBM:

  1. Komponen cepat rusak dan jebol – Etanol bersifat korosif dan dapat merusak material karet, plastik, dan polimer yang digunakan pada komponen sistem bahan bakar dan mesin. Hal ini bisa menyebabkan kebocoran dan kerusakan komponen, intinya gampang jebol.
  2. Nyerap air – Etanol memiliki kemampuan menyerap air dari atmosfer, sehingga dapat menimbulkan masalah jika kadar air dalam bahan bakar menjadi terlalu banyak. Simplenya makin lama makin banyak air di tangki, bikin masalah baru.
  3. Pembentukan Endapan: Air yang terserap dapat menyebabkan terbentuknya endapan di tangki dan sistem bahan bakar, yang dapat menyumbat sirkulasi dan mengganggu kinerja mesin. Hasilnya sirkulasi bahan bakar mampet.
  4. Gangguan pada Sistem Injeksi: Konsentrasi etanol yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem injeksi bahan bakar, mempengaruhi cara bahan bakar disemprotkan ke ruang bakar.
  5. Penurunan Tenaga dan Kinerja Mesin: Kerusakan pada katup dan komponen lain akibat etanol juga dapat menyebabkan berkurangnya tenaga mesin dan kompresi, hingga kerusakan permanen pada mesin.
  6. Ketidaksesuaian dengan Mobil Tua: Sebagian besar mobil modern, terutama mobil lawas atau “motuba” (mobil tua banyak maunya), tidak dirancang untuk menangani konsentrasi etanol yang tinggi dan bisa rusak karena sifat korosif dan penyerapan airnya. Intinya mobil tua yang nggak didesain buat etanol tinggi, maka klo pake bensin yg etanolnya tinggi gampang banget rusak.
  7. Penurunan Nilai Energi: Etanol memiliki nilai energi yang lebih rendah dibandingkan bensin, sehingga konsentrasi yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi efisiensi bahan bakar. Simplenya efisiensi jeblok, etanol punya nilai energi lebih rendah, jadi bensin makin boros.

Jadi wajar aja kalau Vivo dan BP langsung batal. Mereka nggak mau konsumen jadi korban eksperimen. Ironisnya, justru plat merah yang seharusnya jadi standar, malah nyodorin BBM dengan risiko lebih tinggi.

Sementara Shell juga dari awal teguh pada pendirian, blm terdengar ikut-ikutan mau beli.

Udah jelek trus nyebelin… siapa ya.

Baca juga:

Papa Minta Saham Reborn

2 COMMENTS

  1. Trrus deh…kebongkar semua kualitas rendahnya…untung ada brand lain yang pertahankN kualitas murni….indo dan pertamina mesti rombak beneran perbaikan masiv…jangan aja pake tangan preman buat paksa beli…..

Leave a Reply to E P Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here