Penulis: Nurul Azizah
Alhamdulillah angin segar sudah berembus, manakala owner Trans Corp Chairul Tanjung (CT) sowan langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada Kamis (23/10/2025). Adem rasanya, itu kata yang paling pas manakala Choirul Tanjung didampingi Direksi CT Corp Prof H. Mohammad Nuh sowan ke pengasuh utama Ponpes Lirboyo KH. Muhammad Anwar Mansur.
Ketika ditemui awak media Choirul Tanjung berkata, “Saya datang ke Lirboyo untuk bersilaturahmi dan secara pribadi memohon maaf kepada KH. Anwar Mansur serta seluruh keluarga besar Pesantren Lirboyo atas tayangan yang telah menimbulkan kegaduhan dan melukai hati warga pesantren.”
“Orang yang bertanggung jawab sudah kami pecat, kerja sama dengan production house-nya sudah kami hentikan. Program tersebut sudah kami cabut dan tidak akan pernah tayang lagi,” tegasnya.
Kunjungan CT ke Lirboyo menjadi titik damai antara pihak ponpes dan media Trans7. Antara pondok pesantren dan media Trans7 harus terjalin kerjasama yang kondusif untuk kemaslahatan umat. Jangan sampai ada salah faham sehingga menimbulkan perselisihan antara kedua belah pihak.
Bagaimana dengan sosok Ketua GP Ansor DKI Jakarta Muhammad Ainul Yaqin yang sangat viral dengan orasinya penuh kontroversial yaitu “Banser ancam menggorok leher dan halalkan darah sekalipun sesama muslim.”
Ngakunya Santri tapi kok ngamukan tidak bisa menata diri dan hati. Apakah tindakan Ainul Yaqin yang mengancam keselamatan orang bisa disebut adab seorang santri? Bukannya menjaga sopan santun, malah merendahkan lambang atribut yang dipakainya yaitu Banser NU.
Nama Ainur Yakin dan Banser NU menjadi olok-olokan netizen 62 yang menyayangkan ancaman ketua GP Ansor DKI Jakarta. Lepas dulu atributnya kalau perkataannya melukai orang lain.
Penulis tahu benar siapa itu Banser NU ya karena penulis sering ikut kegiatan Muslimat dan Fatayat NU, yang kegiatannya dibantu oleh sahabat Banser. Banser yang penulis ketahui adalah Banser satu kesatuan satu komando. Menjadi Banser NU itu bukan tugas sembarangan, mereka orang-orang terpilih yang memperoleh sanad kebangsaan dari para ulama. Menjadi Banser itu tugas berat, hanya orang-orang terpilih yang mampu melaksanakan.
Menjadi Banser NU itu wujud kemuliaan, mengawal ulama, menjaga bangsa ini yang ingin merusak kedaulatan bangsa dan menjaga NKRI.
Selain Ketua GP Ansor DKI Jakarta Muhammad Ainul Yaqin juga menjadi Komisaris PT Transjakarta dan juga menjabat sebagai Tenaga Ahli Kementrian Agama.
Seharusnya Muhammad Ainul Yaqin juga datang ke pimpinan Trans Corp meminta maaf dan tidak mengulangi lagi serta diposting di media sosial. Kader Banser jangan sampai mengeluarkan kata-kata ancaman dengan narasi kontroversial.
“Trans7 telah menghina melalui siaran-siarannya terhadap kiai dan ulama Nahdlatul Ulama. Jangan sampai kader-kader Banser menggorok leher kalian, seperti anak Banser menggorok leher PKI. Halal darah kalian apabila kalian mengolok-olok ulama Nahdlatul Ulama,” ucapnya saat demo dan salah satu videonya diunggah lagi akun X @MurtadhoRoy pada 18 Oktober 2025.
Dia seorang doktor bidang ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari Institut PTIQ Jakarta pada tahun 2024. Walau dia seorang doktor dan hafidz Qur’an sekalipun kalau tidak punya adab apa gunanya ilmu.
Di dalam ajaran para ulama NU “Beradab Dahulu Barulah Berilmu”. Jangan sampai terlalu banyak menggeluti ilmu agama sampai lupa mempelajari adab. Apakah Ainul Yaqin lupa akan ajaran para kiai yang mengarahkan santri-santrinya untuk mempelajari adab dan akhlak. Poro kiai dawuh: “Dengan mempelajari adab, engkau jadi mudah dalam mempelajari ilmu. ”
Untuk itu M. Ainul Yaqin kalau masih ingin memakai seragam Banser NU selayaknya meminta maaf. Karena NU itu didirikan oleh para ulama bukan untuk gagah-gagahan, bukan untuk kekerasan dan ancaman, menang-menangan sehingga ingin menggorok leher manusia lain.
Seperti yang dilakukan oleh Choirul Tanjung yang memecat pihak yang terkait dengan tayangan program “Xpose Uncensored” di Trans7 yang menuai ancaman karena dianggap menyingung kiai di ponpes Lirboyo Kediri.
PBNU dan GP Ansor harus memberi sanksi keras dan memecat kadernya yang orasi mirip ISIS. Penuh kebencian dan frontal, jauh dari ajaran para ulama NU yang membimbing bahwa “Beradab Dahulu Barulah Berilmu”
Nurul Azizah penulis Buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.















