Penulis: Dahono Prasetyo
Saya lebih suka menyebutnya ibu ini sebagai kaum yang dilemahkan oleh sistem ekonomi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan melanjutkan hidup mesti bergantung kepada kepedulian orang lain.
Negara sedang alpa berbagi kesejahteraan kepada mereka. Para pemegang kebijakan mendongak kepala lupa menunduk. Melihat apa yang sedang diinjaknya.
Mereka penghuni sela-sela jari kaki, bukan untuk menjilat. Namun tidak ada tempat lagi selain menunggu jatuhnya nasi sisa pesta kaum hedonis.
Bangsa yang kabarnya sudah merdeka, kini semakin tidak berdaulat. SDA yang seharusnya menjadi anugrah, berubah menjadi petaka saat diobral habis.
Dan ketika alam menghukum mulut rakus, perut buncit pencuri isi bumi dengan krisis ekonomi. Kelaparan bukan berarti tidak bisa makan tetapi melahap seadanya untuk menyelamatkan hari ini.
Lalat lalat berdansa cha-cha-cha
Berebut makan dengan mereka
Tangis bayi di tetek ibunya
Keringkan air mata dunia
Obrolan kita di meja makan
Tentang mereka yang kelaparan
Lihat sekarat di layar TV
Antar kita pergi ke alam mimpi
Tahun 90 Iwan Fals menciptakan lirik lagu untuk negara Ethiopia jauh di sana.
Tidak pernah menyangka bisa terjadi di negerinya sendiri
Ketika kemiskinan dijadikan komoditas politik. Kelaparan dianggap kemalasan.
Dan… Pemimpinnya sibuk memikirkan kata-kata manis demi menghibur mereka yang sedang berkeluh kesah. Sesekali menghukum mereka yang mempertanyakan mengapa negara bisa sebobrok ini.
Gitu aja dulu… Wo…dan Wi….
–
@Dahono Prasetyo
Baca juga:
[…] Indonesia Menuai […]