SintesaNews.com – Inggris sudah tak lagi mewajibkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
Perdana Menteri Inggris Boris Jhonson juga telah menghapus seluruh aturan terkait pembatasan Covid-19, sebagai strategi dari kebijakan baru “hidup berdampingan dengan Covid-19”.
Artinya, siapa pun yang terindikasi positif Covid-19 di Inggris, sudah tidak lagi diwajibkan secara hukum untuk melakukan isolasi mandiri (isoman). Meski begitu, mereka tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri saat terkena Covid-19.
Melansir BBC, Sabtu (26/2/2022), berikut rincian lebih lanjut seputar kebijakan ini:
- Mereka yang positif Covid-19 disarankan tetap isolasi di rumah dan menghindari kontak dengan orang lain setidaknya dalam lima hari
- Pembayaran dukungan isoman sebesar 500 euro, atau setara Rp 8,02 juta bagi mereka yang berpenghasilan rendah telah dihentikan
- Pelacakan kontak rutin telah diakhiri. Mereka yang kontak dengan seseorang yang positif Covid-19 tidak lagi diminta untuk melakukan isolasi atau tes harian
- Para pekerja tidak lagi diwajibkan untuk memberi tahu atasannya bahwa mereka perlu melakukan isolasi mandiri
- Masker tidak wajib dikenakan di sejumlah moda transportasi di London, seperti kereta bawah tanah, dan bus. Meski demikian, penumpang tetap dianjurkan untuk menggunakannya.
Mulai 1 April 2022, akan berlaku:
- Tes PCR dan tes Covid lainnya tidak lagi gratis bagi sebagian besar penduduk
- Paspor Covid-19 tidak lagi direkomendasikan, kecuali untuk perjalanan internasional
- Para pengusaha di Inggris tidak lagi harus mempertimbangkan Covid-19 sebagai risiko yang membuat mereka mencari cara untuk menjaga keselamatan karyawannya
- Penduduk yang berusia di atas 75 tahun dan siapa pun yang memiliki sistem kekebalan yang lemah akan ditawarkan suntikan booster Covid-19, mulai musim semi mendatang, sekitar pertengahan Maret 2022, tepatnya enam bulan setelah dosis vaksinasi sebelumnya.
Sementara itu, Kepala penasihat ilmiah Patrick Vallance berpendapat bahwa Covid-19 akan terus berkembang selama beberapa tahun ke depan.
“Varian lebih lanjut dari Covid-19 diperkirakan bisa jadi lebih parah dibanding yang terlihat sebelumnya,” sebagaimana dijelaskan Patrick, mengutip BBC, Sabtu (26/2/2022).
Oleh karena itu, pemerintah tetap bersikeras bahwa Inggris akan terus memeriksa serta mengawasi secara rinci kemungkinan munculnya kembali Covid-19 dan varian baru.