Penulis: Erika Ebener
Aneh tapi nyata, lucu tapi serius, setelah setengah abad menjalani hidup, saya baru paham kalau pada umumnya Tuhan mengatur kehidupan manusia per dekade. Well, itu yang saya alami setelah saya mengevaluasi diri dan kejadian di sekitar lingkungan, serta dari membaca dan mendengarkan cerita ataupun ceramah orang-orang. Apalagi jaman sekarang dimana teknologi sudah menghapus seluruh bounderi, maka dunia ini rasanya bisa dimiliki oleh siapa saja. Kalau ada niat untuk memiliki.
Back to teori saya yang menyatakan bahwa ‘Tuhan mengatur kehidupan manusia per dekade’, itu maksudnya bahwa setiap 10 tahun, fase cara pikir dan perilaku manusia itu berubah. Saya ambil contoh: fase pertama 0-10 tahun. Pada fase ini manusia disebut ‘Kid’. Sebagai anak-anak, dia seakan tidak diberi hak untuk bertanggungjawab. Diberi hak untuk memilihpun, ya hanya sebatas hal-hal yang ringan dan lucu saja. Sepuluh tahun pertama dari usia manusia disebut juga “The Golden Age” karena pada usia itulah fondasi-fondasi kehidupan mulai dibangun.
Fase kedua 11-20 tahun. Pada fase ini manusia disebut ‘Teen’. Pembangunan fondasi kehidupan masih belum sempurna tapi sebagian dari mereka kadang sudah dipaksa untuk segera menyusun bata di atasnya. Padahal sedianya pada fase 11-20 tahun ini adalah fase untuk memilih dan menentukan kualitas dari material yang akan dipakai. Dan barulah dipenghujung usia belasan, seluruh material itu siap untuk memulai pembangunan.
Fase ketiga 21-30 tahun atau fase menuju kedewasaan. Pada fase inilah manusia akan sibuk membangun rumahnya dengan fondasi dan material yang sudah dimilikinya dari sejak lahir. Fase ini juga dikenal dengan fase “know all” seakan-akan dia sudah tahu akan seperti apa rumah yang sedang dibangunnya dan seakan-akan tahu kalau rumah itu pasti sukses selesai dibangun.
Fase keempat 31-40 tahun atau fase pendewasaan. Bagi manusia yang berhasil membangun rumahnya di fase ketiga, maka fase keempat adalah fase finishing. Di akhir fase keempat manusia yang berhasil akan tahu apakah memasuki fase kelima dia akan bisa meninggali rumah itu atau akan tetap mengisi waktu 10 tahun berikutnya dengan finishing rumahnya. Itu sebabnya ada pepatah bahwa kehidupan seorang manusia itu dimulai pada usia 40 tahun. Jika pada usia 40 tahun dia sudah berhasil menjadi orang sukses, maka sukseslah dia. Tapi jika pada usia 40 tahun dia masih mengais-ais, maka mengais-aislah hidup ke depannya.
Di fase keempat ini saya bahkan menciptakan teori bahwa jika kita sudah menemukan variabel yang tepat antara energi, uang dan waktu, maka kata rugi tak akan ada dalam kamus kehidupan kita. Tapi untuk mendapatkan jawaban dari perhitungan antara energi, uang dan waktu, yang kita butuhkan adalah kalkulator kehidupan. Sudah benarkah kalkulator kehidupan kita?
Pada fase keempat ini, manusia pada umumnya sudah beranak-pinak. Di fase keempat ini, manusia sudah mulai mengajarkan fase pertama pada anak-anak mereka. Setiap kesalahan yang terjadi pada siklus kehidupan, kita usahakan hal yang sama tidak terjadi pada siklus fase anak-anak kita.
Saat kita memasuki fase kelima, maka anak-anak kita akan memasuki fase kedua. Fase kelima 41-50 tahun adalah fase dimana manusia akan menjadi lebih bijaksana. Dengan kebijakan yang dimilikinya, dia akan bisa membimbing anak-anak mereka yang mulai memasuki fase kedua, yaitu memilih dan menentukan kualitas dari material yang digunakan untuk membangun rumah masa depan mereka. Dua fase pertama ini adalah fase yang sangat krusial dari kehidupan manusia. Jika dua fase ini diisi dengan kecurangan, maka manusia itu akan tumbuh dan melahirkan generasi berikutnya dengan akhlak curang. Makanya ada peribahasa “lebih baik kalah terhormat karena kejujuran daripada menang karena kecurangan”. Larena kejujuran dan kecurangan adalah dua hal yang akan dicatat sejarah kehidupan manusia, tak bisa dihapus dari ingatan dan dibawa sampai liang kuburan.
Fase keenam 51-60 tahun adalah fase pendekatan diri pada Tuhan. Manusia yang mengisi fase-fase awalnya dengan kecurangan, di fase keenam akan disibukkan dengan memohon pengampunan atau malah menjadi manusia paling curang sedunia karena hilangnya kesadaran bahwa ada kehidupan setelah kematian atau manusia yang menolak untuk beragama. Padahal seorang Atheis sekalipun, kalau mereka mati, pasti akan disemayamkan dengan ritual salah satu agama. Apa ada manusia yang mati diperlakukan seperti hewan, dibungkus dikuburkan lalu dilupakan? Dalam kondisi keadaan yang memaksa seperti korban covid pun, tetap saja keluarga korban menyelenggarakan ritual keagamaan.
Fase ketujuh 61-70 tahun adalah fase menyiapkan diri menghadapi kematian. Tapi jangan salah, di fase ketujuh ini, banyak juga manusia yang merasa dirinya immortal setelah mengukuhkan keyakinan tak ada kehidupan setelah kematian di fase keenam, setelah menjalankan kehidupan curang di fase-fase sebelumnya. Yang pasti, jika setiap fase dilalui dengan baik dan benar, biasanya manusia di fase ketujuh ini akan terlihat lebih tenang, bijaksana, damai dan siap dengan kematian.