SintesaNews.com – Saat ini para Capres sudah intensif mensosialisasikan programnya. Dan paling mencolok adalah perbedaan program antara Ganjar dan Prabowo.
Terkait generasi bermutu, Ganjar melakukan pendekatan akses pendidikan hingga tinggi, sedangkan Prabowo makan siang gratis dan susu.
Ganjar memprogramkan 12 tahun wajib belajar, KTP Sakti (digitalisasi data, semua anak mendapatkan dukungan biaya pendidikan dan tidak ada terlewat), afirmasi untuk raih Sarjana bagi keluarga miskin, dan SMK berasrama langsung kerja.
Sedangkan Prabowo rencana akan mengimpor 1,5 juta sapi dan membangun infrastruktur (pabrik memerah) susu untuk didistribusikan ke seluruh Indonesia.
“Ganjar ingin merubah nasib rakyat dari ‘tangan di bawah’, jadi ‘tangan di atas’. Membuat masyarakat terus bergantung bansos selamanya, tidak manusiawi,” jelas La Ode Budi, relawan Jokowi sejak tahun 2012.
Menurut La Ode Budi, ketum KIBAR Indonesia, pengalaman lapangan menjadi pembeda antara Ganjar dan Prabowo. Misalnya, untuk cegah stunting, Ganjar cukup afirmasi di tingkat keluarga yang berkekurangan. Inilah yang ingin dicapai KTP Sakti (satu data digital bansos).
“Makan siang dan susu gratis ke seluruh pelajar, hingga capai 400 trilyun itu tidak sesuai dengan alokasi APBN. Dan kita jadi tergantung impor (sapi). Pilihan protein dari telur lebih masuk akal, karena lebih tersedia dalam negeri. Peternak ayam pasti senang,” La Ode Budi, ketua umum KIBAR.
KIBAR Indonesia adalah relawan Jokowi sejak tahun 2012. Sejak 2021, menjuangkan Ganjar, sebagai presiden paska Jokowi.