Penulis: Erri Subakti
Selasa, 21 Oktober 2025 lalu, Ketua ILUNI UI Pramudya Oktavinanda bersama sekjen-nya Maysita Crystallin, sowan ke menteri terburuk kabinet Prabowo, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Torehan Bahlil didapuk sebagai menteri terburuk berdasarkan rilis dari Lembaga riset bidang ekonomi dan kebijakan publik, Center of Economic and Law Studies (Celios). Celios megungkapkan rapor merah 10 menteri dan kepala badan dengan kinerja terburuk dalam satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran. Hasilnya Bahlil menempati urutan pertama alias menteri dengan kinerja paling buruk di mata masyarakat.
Wajar saja, urusan menteri ini menyangkut hajat hidup orang banyak, dan masyarakat berulang kali dibuat susah dengan kebijakannya. Dari mulai kisruh distribusi “gas melon”, kualitas BBM Pertamina, kebijakan impor BBM yang tidak mengutamakan rakyat, belum lagi soal kasus pendidikannya yang ingin mendapat gelar doktor dengan cara sim salabim dari UI.

Dengan catatan buruk kinerja Bahlil, Ketua ILUNI UI kok malah bangga ketemu dengan menteri yang pernah mengatakan jangan main-main dengan “raja Jawa”, yang menentukan dirinya bisa menggeser Arilangga Hartarto dari kursi Ketum Partai Golkar.
ILUNI UI beberapa tahun ini memang mengalami masalah finansial. Dari LPJ Ketua ILUNI UI sebelumnya, catatan keuangan menunjukkan minus.
Apa hanya karena butuh funding banget ya, sampai Ketua ILUNI UI harus “melacurkan” diri sowan ke menteri paling buruk kinerjanya?
Nilai merah sudah tertoreh di rapor Ketua ILUNI UI dalam kurang dari 100 hari kepengurusannya di periode 2025-2028.
Dah lah…