Kebohongan Seorang Anak Berujung Pada Pemenggalan Samuel Paty

Penulis: Langit Quinn

SintesaNews.com – Kebohongan seorang anak yang dipercayai oleh orang tua, mengakibatkan kematian orang lain secara sia-sia.

Pada 16 Oktober 2020 lalu, seorang guru sejarah dibunuh ketika berjalan pulang ke rumahnya di Conflans-Saint-Honorine, sekitar 30 km dari Paris, pada Jumat sore waktu setempat.

-Iklan-

Guru Sejarah dan Geografi itu dipenggal setelah DITUDUH oleh seorang siswi berusia 13 tahun, bahwa ia telah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad sebagai bagian dari materi kebebasan berekspresi.

Si pelaku, disebut bernama Abdullakh Anzorov, remaja Chechen berusia 18 tahun, kemudian mengabadikan perbuatan sadisnya di internet.
Anzorov kemudian kabur setelah membunuh Paty menggunakan pisau, di mana dia dikonfrontasi oleh polisi sebelum ditembak mati.

Presiden Perancis Emmanuel Macron langsung menyebut serangan itu sebagai “serangan teroris”, di mana Samuel Paty dibunuh karena mengajarkan kebebasan berpendapat.

Dunia gempar, termasuk Indonesia. Banyak orang yang menganggap bahwa Paty layak dibunuh karena telah melecehkan agama Islam. Banyak pula artis-artis suci yang mengancam memboikot produk Perancis. Laskar-laskar jihad turut pula mengancam memboikot segala apapun yang berbau-bau Perancis. Meski dengan cara yang konyol, yaitu membeli air mineral yang dianggap perusahaanya milik Perancis lalu membuangnya dengan cuma-cuma.

Ada pula artis yang pura-pura membuang tas branded buatan Perancis di akun instagram, untuk sekadar menunjukan dirinya ikut memboikot produk Perancis.

Dan semua itu, kecaman-kecaman kepada Perancis itu, kini terbongkar. Hanya karena ulah seorang siswi 13 tahun yang telah berbohong kepada orang tuanya untuk menutupi perilaku buruknya.

Boleh dibilang, sisiwi ini biadab. Kebohongannya mengakibatkan seorang guru yang tak bersalah harus terpenggal sia-sia, dan ulahnya juga membuat marah laskar-laskar pembela agama di negara ini.

Cerita berawal dari siswi 13 tahun diskors dari sekolahnya karena berulang kali tidak menghadiri kelas alias membolos sekolah.

Karena tidak ingin keluarganya tahu kalau dia diskors sekolah, siswi tersebut mengarang sebuah cerita untuk disampaikan kepada ayahnya, Brahim Chnina (48).

Siswi itu menceritakan, guru sejarahnya yang bernama Samuel Paty menginstruksikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas supaya sang guru bisa menunjukkan “gambar Nabi yang telanjang”.

Kebohongannya berujung pada hal yang mengerikan.

10 hari kemudian, Samuel Paty dibunuh ketika berjalan pulang ke rumahnya di Conflans-Saint-Honorine, sekitar 30 kilometer dari Paris, pada 16 Oktober 2020.

Dia dipenggal oleh seorang teroris, Abdullakh Anzorov, yang termakan kabar di media sosial bahwa Samuel Paty menunjukkan kartun Nabi di depan kelas.

Abdullakh Anzorov menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.

Keluarga Samuel Paty hancur, Perancis mengalami trauma, dan siswi tersebut beserta ayahnya menghadapi tuntutan pidana.

Pada Minggu (7/3/2021), Le Parisien mengungkapkan bahwa siswi yang disebut Z itu mengaku salah menuduh Samuel Paty.

Surat kabar itu melaporan, Z mengaku kepada hakim anti-teroris bahwa dia telah berbohong. Z juga mengaku bahwa dia bahkan TIDAK BERADA DI KELAS ketika Samuel Paty dituduh menunjukkan kartun Nabi kepada para muridnya dari media satire Charlie Hebdo.

Ia berbohong kepada ayahnya, demi menutupin perilaku buruknya yang sering bolos di kelas.

“Dia tidak berani untuk mengakui kepada ayahnya alasan sebenarnya bahwa dia dikeluarkan sesaat sebelum tragedi itu, yang sebenarnya terkait dengan perilakunya yang buruk,” kata Le Parisien.

Pada 6 Oktober 2020, Samuel Paty mengajak para murid berdiskusi dan mengajukan pertanyaan “menjadi atau tidak menjadi Charlie?”.

Tema itu dia angkat Mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk Charlie Hebdo setelah serangan teroris di kantornya pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.

Dua hari kemudian, gadis itu memberi tahu KEBOHONGAN kepada ayahnya bahwa Samuel Paty telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sebelum menunjukkan karikatur tersebut.

Sang ayah yang TERMAKAN KEBOHONGAN anaknya, tidak terima, ia kemudian mengunggah video di Facebook di mana dia mencela Samuel Paty dan meminta agar dia dipecat dari sekolah.

Ia lalu mengunggah video kedua di media sosial tersebut dengan menuduh Samuel Paty telah melakukan diskriminasi.

Kemudian ia mengadu ke sekolah dan polisi. Dia bahkan mengeklaim bahwa Samuel Paty bersalah karena telah “menyebarkan gambar porno” dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah!

Kolaborasi anak yang BERBOHONG dan orang tua yang TERPROVOKASI tanpa pikir panjang, membuat media sosial gaduh!

Abdullakh Anzorov, seorang teroris migran dari Chechnya yang tinggal di Normandia, termakan amarah oleh video tersebut.

Pada 16 Oktober, Abdullakh Anzorov melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine. Di sana, dia menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.

Ketika Samuel Paty melakukan perjalanan pulang, ia kemudian meembunuhnya dengan sadis!

Kepada penyidik, sang siswi psikopat tersebut tetap berpegang kepada kebohongannya. Ia TIDAK MENGAKU. Hingga akhirnya, polisi memberi tahu dirinya bahwa beberapa teman sekelasnya telah mengonfirmasi bahwa ia tidak hadir di kelas.

Para siswa lain juga mengatakan, Samuel Paty tidak menginstruksikan siswa Muslim lain untuk meninggalkan kelas seperti yang dia klaim!

Saat itulah siswi yang disebjt sebagai Z itu akhirnya mengakui kebohongannya. Para penyelidik dilaporkan mengatakan, Z menderita inferiority complex dan mengabdi pada ayahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here