Nicho Silalahi dan Kalimantan

Penulis: Roger “Joy” P. Silalahi

Banyak macam reaksi muncul atas cuitan yang dipotong dari Nicho Silalahi, sementara sebagian dari yang bereaksi ternyata tidak tahu bunyi lengkap cuitannya. Supaya tidak gagal paham, begini bunyinya;

“Saat hutan ditebang, banjir merendam rumah warga ± sebulan, perempuannya dijual ke China untuk dijadikan budak seks, anak-anak pada mati tenggelam di bekas galian tambang kalian pada diam, tapi saat ada yang mengatakan “Tempat Jin Buang Anak” kalian Demo. Sebenarnya kalian siapa?”

-Iklan-

Ada yang bertanya pada saya; “Siapa orang ini, saudaramu kah…?” Saya jawab, pastinya saudara saya karena marganya sama Silalahi, tapi saya tidak kenal siapa dia.

Ada reaksi yang wajar, ada yang berlebihan, bagi saya itu hanya masalah pendapat dari berbagai orang dan adanya ‘kebutuhan’ tampil sebagai ‘jagoan’ yang mencaci-maki dan mengeroyok orang atau pihak yang sedang dianggap salah. Tapi setelah tarik nafas dalam-dalam, saya berpikir bahwa perlu dikaji lebih dalam apa sebenarnya yang disampaikan Nicho yang selama ini sering mengeluarkan pernyataan kontroversial itu. Mari lihat keseluruhan cuitannya, apakah salah…? Di mana salahnya..?

Bagi saya cuitannya salah, tapi bukan di bagian penjualan wanita ke Cina, salahnya ada di pertanyaan “Sebenarnya kalian siapa…?” Dalam prasangka baik, saya melihat Nicho ingin mengangkat lebih jauh berbagai hal yang terjadi di Kalimantan yang selama ini tidak digubris bahkan terkesan dibiarkan.

Ada banjir luar biasa di sana, akibat pembalakan hutan oleh berbagai usaha besar, dimana izin usaha itu ditengarai merupakan hasil KKN, “pejabat dan pengusaha dan pejabat dan pengusaha” yang terkait di dalamnya ternyata masih berhubungan keluarga. Kasus lain, hutan adat dibabat, hingga penghidupan suku asli terganggu dan terancam, sebut saja kasus perampasan Hutan Adat Laman Kinipan oleh SML sebagai contoh. Mengapa diam…?

Ada kelalaian dari berbagai perusahaan besar yang mengeruk kekayaan di Kalimantan dan tidak menjalankan tanggung jawab dengan baik, tidak mempedulikan Kalimantan, bahkan hingga korban nyawa anak-anak terjadi di sana. Mengapa diam…?

Pernyataan Nicho itu baik, saya menterjemahkannya sebagai berikut;
“Jika karena perkataan yang menghina dan merendahkan martabat orang Kalimantan, keseluruhan suku-suku di sana dapat bersatu dan mengangkat suara, menyerang, dan menekan kepolisian untuk bertindak segera, maka demikian pula dapat dilakukan terhadap berbagai hal di Kalimantan yang bahkan sudah merenggut nyawa orang Kalimantan, bukan martabat semata.”

Tapi pertanyaan “Sebenarnya kalian siapa…?” Itulah kesalahan Nicho, karena menimbulkan kesan pendiskreditan dan tuduhan, seolah kemarahan orang Kalimantan atas ujaran Edy Mulyadi itu ditunggangi dan dibuat-buat.

Nicho gagal melihat bahwa perkataan Edy itu secara jelas menghina, merendahkan, dan melanggar undang undang, tanpa ada keterkaitan yang kuat dengan berbagai kepentingan. Edy kelihatannya hanya bagian  kecil dari skenario besar kaum oposan untuk membuat kerusuhan di Indonesia, tidak ada keuntungan yang dikejar atau didapat berbagai pihak dari ucapan Edy, sementara Edy sendiri bukan siapa-siapa, hanya orang suruhan.

Berbeda dengan berbagai hal lain yang Nicho coba ingatkan terjadi di Kalimantan, semuanya berupa kejahatan terstruktur dengan “back up” yang jelas dan pembagian yang juga jelas, atau kejahatan korporasi yang melibatkan banyak sekali orang di berbagai posisi penting yang takut miskin sehingga memilih ikut bermain.

Gagal membuat perbandingan “apple to apple”, membuat Nicho terpaksa diam. Gagal menahan emosi hingga menutup cuitan dengan pernyataan yang mudah dipelintir, membuat Nicho gagal mengangkat maksud baiknya.

Saat awal saya membaca munculnya kasus Nicho yang memang sering “ngacho” ini, reaksi saya pun negatif, saya bilang dalam sebuah diskusi pendek di sebuah group; “Kalau ketemu saya gamparin anak ini…”. Sekarang, setelah mencoba mengkaji lebih dalam dengan kerangka pikir positif, saya bilang; “Kalau ketemu saya ajari anak ini menjadi cerdas dan jelas dalam berujar, sadar serta paham melihat situasi dan kondisi, pun memanfaatkannya secara positif dan terukur.”.

Bukan karena satu marga hingga saya menuliskan ini, tapi karena satu rasa, satu tujuan, mengangkat berbagai kejahatan terhadap orang Kalimantan, di Kalimantan, dan ingin agar persatuan suku-suku di Kalimantan sadar, bahwa sebenarnya mereka sangat kuat, dan mampu memporakporandakan semua perusahaan besar, semua mafia besar, yang merusak Kalimantan, menghancurkan masa depan orang Kalimanatan, dan bahkan sudah membunuh orang Kalimantan.

Kalimantan bersatu, hancurkan segala bentuk mafia, kejahatan korporasi, kejahatan kerah putih, tanpa pandang bulu, bahkan bila ada orang Kalimantan sendiri atau bahkan ketua dewan adat sendiri yang terlibat. Ayo Kalimantan, lawan segala bentuk perusakan lingkungan, pembabatan hutan, perampasan lahan, perdagangan manusia, penyelundupan, dan lain sebagainya, demi masa depan orang Kalimantan, demi menjaga titah leluhur untuk menjaga Kalimantan.

Salam Satu Jiwa
Salam Orang Indonesia

-Roger Paulus Silalahi-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here