Kenalin, Gue Baskara

Penulis: Erri Subakti

Kenalin, nama gue Baskara. Umur gue 23 tahun. Ini tahun terakhir gue kuliah di Unpad Jatinangor. Iya, alhamdulillah banget 4 tahun lalu gue diterima di universitas negeri di Jawa Barat ini. Gue ambil jurusan akuntansi. Di tahun terakhir ini alhamdulillah gue udah diterima kerja di salah satu firma yang biasa disebut “The Big Four” di dunia audit keuangan international.

Tapi apa yang gue capai gak begitu aja gue dapat dengan mudah, sob, masbro, dan mbak bro.

-Iklan-

Gue bukan berasal dari keluarga mampu. Bokap gue saat ini jualan pecel lele. Sebelumnya jualan mie ayam, sebelumnya lagi kuli lepas. Kadang nganggur, kerja kalau dapat kerjaan serabutan aja.

Hhh…. banyak luka di bathin gue sebenernya kalau ngomong soal keluarga. Terutama soal nyokap kandung gue. Tapi nantilah gue cerita soal almarhumah. Iya nyokap gue udah meninggal, 2 tahun lalu.

Kembali ke perjuangan hidup gue sampai ke titik sekarang….

Gue tuh terlahir dari nyokap yang keturunan Tionghoa, dan bokap yang orang Jawa beragama Islam. Pernikahan mereka gak lama, mereka sudah cerai sejak gue masih sekolah di SD. Banyak kepahitan yang gue alami dari kondisi keluarga gue. Gak cuma masalah finansial, tapi juga masalah rumah tangga ortu gue dan masalah di keluarga besar.

Gue masih beruntung, adik-adik dari nyokap selalu ngebantu gue, bahkan jadi tempat gue minta saran dan nasehat, ga cuma bantu keuangan ketika gue kepepet.

Pilihan jurusan akuntansi di Unpad ini juga atas saran dari tante gue, adik nyokap yang bungsu.

Sebagai anak yang berasal dari keluarga ga mampu, rasanya ga ada harapan buat gue bisa kuliah. Tadinya gue selesai SMA mau nyari kerja aja. Tapi tante gue kasih saran untuk tetap ikut seleksi masuk universitas negeri (SMBTN).

“Kalau kamu mau cepet dapet kerjaan bagus, kamu ambil kuliah jurusan akuntansi. Belajar yang rajin, biar bisa masuk salah satu firma keuangan besar,” katanya waktu itu.

Dia memberi motivasi kuat buat gue untuk mengubah nasib gue. Dia pun sering support saat gue punya kesulitan biaya.

Oiya, keluarga besar gue yang paling support gue itu berasal dari keturunan Tionghoa. Jadi kakek gue emang keturunan Tionghoa. Agamanya Buddha. Kalau nenek gue agamanya Islam. Tapi keturunan Tionghoa juga.

Nyokap gue sendiri, beragama Islam.

Nah jadi kalau keluarga besar gue yang dari keturunan Tionghoa itu ngumpul, macem-macem agamanya. Tante gue ada yang Katolik, ada yang Buddha. Jadi dalam setahun kita kumpul rame bisa 4 kali. Idulfitri, Iduladha, Imlek, dan saat Natal.

Bahkan kumpul-kumpul keluarga saat Idulfitri dan Iduladha itu kadang di rumah tante gue yang agamanya Buddha. Dan yang paling rajin masak-masak saat lebaran, tante gue yang Katolik. Soalnya dia yang paling jago masak. Termasuk masak-masakan makanan lebaran.

Seru yah….

Dari keluarga gue itu, toleransi antar agama adalah hal yang sehari-hari kita praktekan. Selalu ada sejadah dan mukena di rumah-rumah tante gue yang Buddhist dan Katolik. Kita yang beragama Islam pun ga pernah mempersoalkan ritual agama yang lain.

Antar agama hidup bisa saling berdampingan dan sangat dekat kok. Saling membantu dan support sesama saudara. Makanya aneh banget sekarang-sekarang ini intoleransi di masyarakat kadang bikin gesekan-gesekan.

Eh bro, sob, mbak bro, gue bilangin ye…. gimana negara ini bisa maju kalo masyarakatnya masih mempermasalahkan agama yang dianut orang lain. Negara-negara lain masyarakatnya sudah berpikir jauh ke depan memajukan negara dan bangsa mereka tanpa melihat apappun latar belakang agama (dan rasnya).

Gue juga kadang sebel banget sama orang-orang yang rasis, apalagi yang menjelek-jelekkan keturunan Tionghoa.

Gue bisa ke titik sekarang ini, ya karena tempat bersandar gue (saat bokap gak mampu, dan gak ada ibu) ya mereka-mereka keturunan Tionghoa yang berbeda agamanya sama gue.

Tuhan memang udah kasih jalan gue lewat mereka-mereka yang berbeda agamanya. Karena bukankah agama hadir untuk manusia memiliki rasa kemanusiaan. Menolong sesama, menjadi “kepanjangan tangan Tuhan” untuk saling membantu.

Masih banyak yang mau gue ceritain soal kehidupan gue. Tapi dalam tulisan berikutnya aja…

Cabs, dulu gaes…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here