Khofifah Menyamakan Prabowo Gibran Bagaikan Sahabat Nabi, Konslet

Penulis: Nurul Azizah

Sedih rasanya kalau lihat para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) pada memihak Prabowo Gibran paslon nomor urut 02. Bagaimana tidak sedih seharusnya para tokoh-tokoh NU menjaga pola pikir yang sehat dan berilmu serta apa yang keluar dari mulutnya bisa jadi panutan umat. Khofifah Indar Parawansa yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur sejak 13 Februari 2019. Pernah menjabat juga sebagai menteri sosial Indonesia mulai 27 Oktober 2014 hingga 17 Januari 2018. Beliau tokoh publik banyak orang tahu kiprahnya sebagai apa? Prestasinya apa, beliau diusung jadi gubernur dari partai mana diusung? Silahkan cari di google atau di YouTube. Semua ada rekam jejaknya.

Tetapi mengapa Khofifah mempersonifikan atau membuat perumpamaan Prabowo Subianto calon presiden 2024 sebagai sahabat Kanjeng Nabi Muhammad SAW yaitu Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq dan Gibran Rakabuming Raka cawapres 02 sebagai sahabat Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

-Iklan-

Apakah Khofifah tidak bercermin siapa Abu Bakar Ash Shiddiq itu? Abdullah bin Abi Quhafah atau lebih dikenal sebagai Abu Bakar atau Abu Bakar ash Shiddiq adalah salah satu pemeluk agama Islam awal dan salah satu sahabat utama Nabi Muhammad SAW yang selalu menemani perjuangan Kanjeng Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamamin. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama yang dibai’at setelah Kanjeng Nabi Muhammad SAW meninggal dunia.

Abu Bakar Ash Shiddiq mendapatkan gelar Ash Shiddiq yaitu membawa kebenaran karena beliau muncul dengan berani dan penuh kejujuran membenarkan apa yang Rasulullah alami. Itulah alasan mengapa Abu Bakar diberi gelar Ash Shiddiq. Alasan yang lain adalah Kanjeng Nabi Muhammad SAW menyaksikan sendiri secara langsung bagaimana sikap keseharian dari Abu Bakar tentang kebaikan budi pekertinya, keberanian dan kejujuran Abu Bakar yang ditujukan ke orang banyak.

Apakah Prabowo Subianto sudah menunjukkan kebaikan budi pekerti, kejujuran dan keberanian dalam membela agama Islam. Penulis tidak pernah melihat Prabowo seorang yang kuat agamanya, pandai membaca Al-Qur’an, menjadi imam sholat fardhu di masjid atau di musholla. Apakah Prabowo sudah dengan sepenuh hati menjalankan syariat Islam dengan benar? Apakah Prabowo memiliki kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, kalau ya mengapa Prabowo tidak mau mengungkap 13 aktivis mahasiswa yang hilang pada tahun 1998. Apakah segala omongannya Prabowo bisa dipertanggungjawabkan di depan banyak orang. Apakah di dalam diri Prabowo ada contoh seperti yang dicontohkan oleh sahabat Rasulullah. Jawabannya nol besar. Di zaman sekarang susah menemukan sosok pemimpin yang seperti para sahabat Nabi. Jangan keterlaluan ya Khofifah dalam menyamakan Prabowo dengan Abu Bakar Ash Shiddiq, sampean orang berilmu punya gelar Dr. Dra. Hj Khofifah Indar Parawansa, M.Si. Apakah gelar akademis dan gelar keagamaan yang sampean sandang tidak bisa mewakili pribadi yang pintar dan benar. Karena nafsu politik dan menjilat ke Prabowo berlebihan sehingga pola pikir suka kebalik-balik. Suka ngawur dan tidak rasional, pola pikir yang keliru dan cenderung jadi orang ‘bodoh’ di mata masyarakat. Orang yang tidak bisa rasional dalam berfikir kalau sekarang ya otaknya lagi konslet. Bagaimana tidak konslet, otak pemberian dari Allah SWT tidak digunakan sebagaimana mestinya. Ngawur saja kalau ngomong, Khofifah membela Prabowo sampai pola pikirnya ngawur, ketika ngomong kemudian viral di semua platform media sosial apakah tidak mikir dulu, asal bunyi saja. Kasian Khofifah sudah tidak bisa berfikir rasional karena fanatik dengan capres cawapres idolanya.

Khofifah juga mempersonifikan Gibran Rakabuming Raka sebagai sahabat milenial Rasulullah SAW yaitu Sayyidina Ali, ini juga ngawur dan cenderung bodoh kalau orang punya pengetahuan siapa Sayyidina Ali bin Abi Thalib, siapa Gibran.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab tahun 21 sebelum hijrah atau sekitar tahun 599 Masehi. Beliau anak terakhir dari empat bersaudara. Awalnya Ali bin Abi Thalib oleh ibunya diberi nama Haedar yang berarti Singa. Kemudian beliau lebih dikenal sebagai Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan gelar karramallahu wajhah?

Seperti dikutip NU online di dalam buku Ali bin Abi Thalib, Sampai kepada Hasan dan Husain (Ali Audah, 2015) dijelaskan, Ali bin Abi Thalib tidak pernah menyembah berhala tetapi beliau selalu bersujud kepada Allah SWT sepanjang hidupnya. Untuk itu sahabat Ali bin Abi Thalib dijuluki karramallahu wajhah karena tidak pernah melakukan perbuatan musyrik atau menyekutukan Allah. Selalu menjaga sholat dan adab budi pekerti yang sopan dan santun kepada siapa saja.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib orang yang pandai dan cerdas, tidak ada yang sepandai dan secerdas Ali bin Abi Thalib pada zamannya. Tatapi beliau tidak sombong kepada siapapun juga kepada Rasulullah yang seorang ummu atau tidak bisa membaca. Karenanya Sayyidina Ali bin Abi Thalib ditugaskan oleh Rasulullah sebagai juru tulisnya. Karena kepandaiannya Sayyidina Ali bin Abi Thalib dijuluki sebagai Gerbang Pengetahuan atau Babul Ilmi.

Bagaimana dengan cawapres Gibran Rakabuming Raka apakah kepandaiannya bisa disamakan dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ya jelas jauhlah, pembanding yang tidak masuk akal. Anak kecil saja tahu kok Khofifah yang punya gelar doktor tidak bisa berfikir dengan baik. Ada yang konslet dalam diri Khofifah.

Ya jauhlah Sayyidina Ali selain pintar juga jujur, bagaimana dengan Gibran yang dijuluki pembohong. Masyarakat tahu kok kapasitas Gibran bagaimana? Kebetulan dia anak Presiden, coba kalau anak biasa semakin tidak jelas pola pikirnya.

Penulis juga heran dengan Ketum Muslimat NU ini, semakin tua semakin tidak mutu, hati nuraninya digadaikan. Semoga Allah SWT memberi ampunan kepada hamba-Nya yang lagi khilaf.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub 0851-0240-8616

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here