Penulis: Erri Subakti
Ada sebuah ungkapan, “kucing yang tersudut akan mencari jalan keluar lewat muka kita.” Maknanya adalah seekor kucing yang tersudut mau ditangkap, dan tak ada jalan lari lagi, kucing itu akan terpaksa mencakar muka orang yang akan menangkapnya.
Begitu yang saya baca dari keterangan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil usai diperiksa oleh Polda Jabar terkait pelanggaran UU Kekarantinaan Kesehatan saat terjadi kerumunan di Megamendung, Jawa Barat.
Dengan wajah lunglai Ridwan Kamil (RK) berkata-kata tentang bagaimana seorang pemimpin yang adil, yang harus menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Nampak tak bisa terima jika hanya kepala daerahnya yang disudutkan atas terjadinya kerumunan di masa pandemi covid-19. Ia menyentil pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD ketika membolehkan penjemputan Rizieq Shihab, asal tertib dan mengikuti prokes (protokol kesehatan).
Dari statement Mahfud itulah bagi RK, ada tafsir bahwa Mahfud memberikan diskresi membolehkan penjemputan Rizieq di Bandara, yang juga mengakibatkan kerumunan massa pengikut Rizieq.
Saat diminta memberikan keterangan pada wartawan, RK berujar lirih, “Kalau menurut saya adanya kekisruhan yang berlarut-larut ini dimulai dari adanya statement dari Pak Mahfud, yang mengatakan penjemputan HRS itu diizinkan.”
“Di situlah menjadi tafsir dari ribuan orang di bandara selama tertib dan damai boleh. Maka terjadi kerumunan luar biasa,” Ridwan Kamil mulai attack mode on.
“Sehingga ada tafsir ini seolah-olah ada diskresi dari Pak Mahfud kepada PSBB di Jakarta, PSBB di Jawa Barat dan lain sebagainya,” ucapnya mulai menajam.
Kang Emil (biasa disapa) melanjutkan, “Dalam Islam adil itu adalah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya. Jadi beliau juga harus bertanggungjawab, tidak hanya kami-kami yang dimintai klarifikasi.”
“Cakaran” RK mencari jalan keluar.
“Jadi semua punya peran yang perlu diklarifikasi,” ujarnya.
“Berikutnya, kalau Gubernur Jawa Barat diperiksa, DKI diperiksa, kenapa peristiwa di bandara tidak diperiksa,” gugat RK.
Ia mengatakan bahwa seharusnya bupati tempat bandara itu, gubernurnya juga mengalami perlakuan hukum yang sama seperti yang ia alami, sebagai warga negara yang baik. “Ini kan tidak terjadi,” tekan RK.
Sejak Anies diperiksa penyidik Polda Metro Jaya, dilanjutkan dengan terkena covid-19 dan harus dikarantina, RK kini muncul dengan pernyataan yang menyerang pemerintah pusat.
Momen “cakaran” RK kepada pusat ini langsung disambut oleh pihak oposan yang saat ini berangsur-angsur mengalami kemerosotan tokoh pemimpin mereka.
Dari mulai gagalnya Gatot Nurmantyo mendeklarasikan KAMI di beberapa daerah guna menggalang massa, diperiksanya Anies oleh penyidik Polda Metro dan harus dikarantina karena covid-19, hingga Rizieq yang kini mendekam dalam Rumah Tahanan Subdit Narkoba Polda Metro, tak ada lagi tokoh oposisi yang bisa menyerang pemerintah pusat
Ridwan Kamil dengan “cakaran”nya kini mulai memasang attack mode on. Tersudut atau menyudutkan. No way out.