Dibully karena Tuna Rungu, Semangat Hidup Tak Surut, Dr. Rachmita Maun Harahap ST. M.Sn.

Penulis: Erri Subakti

“Keterbatasan apapun tak boleh membuat kita menyerah.” (Dr. Rachmita Maun Harahap)

Takdir Tuhan menyuratkan kepada seorang perempuan asal Medan ini harus menjalani hidupnya dengan tuna rungu sejak lahir.

-Iklan-

Tumbuh berkembang dalam kondisi disabilitas tentu sangat-sangat tidak mudah. Bully-an, cibiran, dan berbagai tantangan mental dan kesulitan lainnya selalu mendera dalam kehidupannya. Terutama dalam soal menempuh pendidikan.

Semangatnya untuk belajar di sekolah umum, bukan SLB membuat Rachmita tak menyerah. Bahkan ia juga melanjutkan kuliah di jurusan Arsitek. Lulus dengan cum laude.

Tak berhenti dengan gelar S1 menjadi arsitek, Rachmita melanjutkan pendidikan master di ITB di bidang arsitektur interior. Kemudian sejak 2016-2019 Rachmita menyabet gelar doktoral dari ITB di bidang Seni Rupa dan Desain.

Kini Dr. Rachmita merupakan Komisioner di Komisi Nasional Disabilitas. Yang berkontribusi atas peraturan-peraturan dalam pembangunan infrastruktur yang ramah disabilitas.

Sehari-harinya Dr. Rachmita menjadi dosen Arsitektur di Universitas Mercubuana.

Perempuan satu ini paut dijadikan teladan karena kegigihan dan keberaniannya untuk terus maju ke depan terlepas dari keterbatasan fisiknya.

Rachmita Harahap sebagai seseorang dengan keterbatasan tunarungu tidak membuat dirinya menyerah pada keadaan.

Keinginan Rachmita adalah membuat orang-orang dengan keterbatasan seperti tunarungu di Indonesia agar lebih maju bukan dipandang sebelah mata lagi. Maka dari itu, ia berusaha menunjukkan pada Indonesia bahwa manusia dengan keterbatasan apapun tidak diperbolehkan menyerah terhadap keadaan melainkan harus berusaha lebih keras untuk mencapai kesuksesan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here