Hari Santri Diperingati sebagai Bukti Cinta NKRI

Penulis: Nurul Azizah

Sejak ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Peran Santri terus ada untuk menjaga negeri.

Kepres HSN terkait dengan peranan Santri yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari dalam melawan Sekutu (Inggris) dan Belanda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

-Iklan-

KH. Hasyim Asy’ari dengan gagah berani mengajak semua komponen masyarakat terutama kaum Santri untuk jihad melawan Sekutu dan Belanda yang ingin menguasai kembali bangsa Indonesia.

Setelah tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional, peran Santri terus berkibar. Pemerintah terus mensuport kalangan Santri untuk berkiprah kepada negeri.

Santri ada diberbagai macam profesi yang ada di masyarakat. Ada yang jadi Presiden, tentara, dokter, guru, pengacara, hakim, jurnalis, pengusaha, perawat, dan lain-lain profesi serta banyak bergerak di bidang wirausaha.

Santri dalam situasi apapun tetap sabar memperjuangkan ajaran kiai dan poro guru yang sanad keilmuannya langsung terhubung dengan Kanjeng Nabi.

Selain menjaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariah seorang santri juga harus menjaga ukhuwah wathoniah. Ukhuwah Islamiah itu persaudaraan sesama umat Islam, ukhuwah wathoniah adalah persaudaraan karena sesama anak bangsa. Sedangkan ukhuwah basyariah itu persaudaraan karena sesama manusia.

Cinta kepada tanah air sebagian dari iman. Hubbul wathan minal iman. Seorang Santri harus mencintai agama dan negaranya. Menghormati guru dan patuh kepada kedua orang tuanya. Terus menjaga persatuan dan persatuan bangsa. Menjaga toleransi beragama, adat istiadat dan menghargai tradisi budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.

Siapapun yang berakhlak seperti Santri dan yang asli Santri alumni pondok pesantren harus terus menjaga ajaran poro alim ulama penerus ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Status santri harus terus melekat sampai akhir hayat.

Jangan pernah ada mantan Santri. Atau malah jadi Santri yang menyesatkan diri. Tidak mau melakukan ajaran Islam yang dibawa oleh Kanjeng Nabi, tidak patuh pada kiai dan berani sama orang tua, atau melupakan jasa orang tua karena mereka sudah meninggal.

Marilah Santri Indonesia di manapun berada, kita kembangkan terus karakter Santri yang terus belajar banyak hal tanpa henti. Ikhlas dalam setiap beramal sesuai kemampuan diri. Tabah dalam setiap ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Rajin ibadah dan beramal sholeh serta terus menjaga agama dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nurul Azizah, penulis Buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi.”

Buku
Buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi” karya Nurul Azizah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here