Jangan Bumikan Pancasila tapi Terbangkanlah ke Angkasa

Bung Karno pernah mengatakan, “Satoenya kata dengan perbuatan”.

Quote yang kurang lebih bisa diartikan dengan quote jaman now, “walk the talk“, bukan PHP (pemberi harapan palsu) apalagi buaya darat.

KOLOM

OPINI

Ganda Situmorang

 

Quote Bung Karno ini bisa menjadi satu rujukan untuk integritas, satu dari sekian banyak nilai yang terkandung di dalam Pancasila, falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Oleh Bung Karno-lah, falsafah luhur nenek moyang bangsa Indonesia digali dan diekstraksi hingga dapatlah inti sarinya yaitu 5 butir sila dan lalu diberi nama Pancasila.

Wow kereen banget ya bangsa kita.

Gotong Royong dan Tepo Seliro.

Dua kata ini sungguh benaran adalah asli warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah diamalkan sejak jaman baheula.

Ketika peradaban era 4.0 mendengungkan istilah kolaborasi dan toleransi, eh jangan salah bangsa Indonesia bahkan sudah mempraktekkannya sejak dahulu kala.

Tetangga pindah rumah, sekampung bantuin angkat rumahnya benaran.

Dahulu musim tanam memang sudah diatur barengan sehingga bisa seluruh warga desa bisa gotong royong menanam padi sekaligus mengatur Tali Air.

Lihatlah Subak di Bali sungguh itu bentuk kolaborasi dan toleransi yang sudah turun temurun. Di masyarakat Batak kegiatan gotong-royong tersebut dikenal dengan kegiatan Marsiadapari. Tak cuma di masyarakat agraris, di Maluku yang bercorak budaya Maritim memiliki istilah khusus untuk gotong-royong yaitu Masohi.

Nilai Pancasila itu begitu luhur, lambangnya saja burung Garuda. Jadi salah kaprah juga kalau dibilang, “Ayo bumikan Pancasila!”

Biarkankah Burung Garuda terbang tinggi di angkasa. Kalau umat Crypto currency seperti Elon Musk demennya melambungkan Doge Coin hingga landing to the moon. Bangsa Indonesia punya “crypto currency” yaitu Pancasila untuk dilambungkan ke angkasa Bumi Pertiwi. Sehingga di manapun kita berpijak dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas hingga pulau Rote, ibarat rasi bintang di langit, Pancasila tetap menjura jadi panduan.

Manusia Indonesia memang harus tetap hidup membumi (down to earth), dengan falsafah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang adiluhung. Ibarat burung Garuda yang terbang tinggi di angkasa sehingga menjadi Tiang Awan bangsa Indonesia.

Role model Pancasilaist era 4.0

Tidak susah mencari figur Pancasilais. Apalagi dari kalangan generasi millenial dan generasi Z. Koko William Tanujaya pendiri Tokopedia. Semangat tokopedia sesungguhnya adalah kolaborasi era digital. Mas bro Nadiem Makarim menemukan ide Gojek salah satunya karena tenggang rasa ingin membantu abang-abang Gojek yang saban hari nongkrong di pangkalan. Hal yang sama bisa dilihat pada sosok Cinta Laura dan Agnez Mo, semangat berbagi, tenggang rasa dan tepo seliro. Bang Gideon Wijaya Ketaren, pendiri Mountrash, dengan membuat aplikasi digital pemulung sampah, dia berharap bisa menjadikan Bumi tempat tinggal yang lebih baik baik semua orang.

Dalam diam mereka ini sungguh merupakan Patriot Pancasila Sejati, hingga akhirnya hal baik itu niscaya menular (contagious) dan mewabah (tipping point) bukan karena mereka sendiri. Bahkan Mang Sayur yang saban pagi setia nongkrong di perempatan kompleks perumahan adalah Pancasilais Sejati.

Di situ ada dedikasi dan integritas sehingga bisa menyediakan kebutuhan dapur dalam porsi dan harga yang konsisten. Dan masih banyak lagi.

Simple saja kan bagaimana mengamalkan Pancasila. Walk the talk, collaborative actions and save the earth and the environment.

Salam Pancasila,
22062021

Catatan:
Tulisan ini khusus dalam rangka Bulan Bung Karno, sasarannya kaum millenial sehingga sengaja ditulis dengan gaya bahasa populer.

 

Penulis merupakan Patriot 98 NKRI.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here