Tempe Mendoan Setengah Juta Mbah Sastro

Tempe mendoan. Foto: Ellisa @dbas.foodstory

Penulis: Early Kusuma

Di suatu pagi, pada saat hujan deras dan kilat menyambar-nyambar, sekitar jam 10 pagi.

Tok… tok… tok….

-Iklan-

Tania kaget, dia baru saja mandi, karena baru saja kehujanan pas olga jalan kaki.

Dia mengintip dari balik gorden, ada orang yang make jas hujan membawa bungkusan plastik, ga begitu jelas apakah laki-laki atau perempuan.

Tania akhirnya membuka pintu rumahnya.

Tania: Maaf, cari siapa ya?

Tamu: Betul ini rumah mba Tania ?
Tania: Betul, maaf, Ibu siapa ya? (ternyata yang membawa tas plastik kresek hitam itu Ibu-ibu).

Tamu: Saya Sri, mba…, saya mau nganterin oleh-oleh, saya disuruh Mbah Sastro untuk nganterin oleh-oleh ini ke mba Tania.

Tania: Mbah Sastro yang rumahnya di ujung itu? Yang kalau pagi sering jalan-jalan sehat itu?

Tamu: Iyah mba, betul.

Tania: Ibu siapa?

Tamu: Saya ART-nya Mbah Sastro, mba.

Tania: Oh ya sudah, saya terima. Tolong sampaikan ke Mbah Sastro, terimakasih banyak. Sudah saya terima oleh-olehnya. Jadi ngerepotin ini.

Tamu: Ga ngerepotin mba, saya pamit dulu ya mba… soalnya hujan tambah deras.

Tania: Iya Bu… Sekali lagi terimakasih banyak…, hati-hati di jalan. Salam untuk Mbah Sastro.

Tamu tersebut berlari-lari keluar dari halaman rumah Tania.

Setelah masuk rumah, Tania mencoba membuka tas plastik hitam yang sudah dia letakkan di atas meja makannya.

Begitu dia buka, dia langsung terperanjat.
Ada 5 tempong/bungkus daun yang dibungkus lagi dengan uang Rp 100 ribuan.
Setelah Tania buka, isinya tempe mendoan mentah. Dan ternyata ada catatan tulisan dari Mbah Sastro untuk Tania: “Nduk, maaf, ini Mbah kirim tempe mendoan mentah, Mbah minta tolong, digorengkan ya Nduk. Soalnya minyak goreng di rumah habis.
Nanti setelah digorengkan, Nduk Tania bisa nganterin ke rumah Mbah ya. Semua uangnya buat Nduk Tania.”

Tania tambah bingung, 5 tempong/bungkus tempe mendoan mentah dikirimkan dan dibungkus pake uang Rp 100 ribuan merah, eh, terus ditambah ada request buat nggorengin lagi. Khan aneh….

Tapi akhirnya Tania tetap nggorengin, toh sudah dapat Rp 500 ribu ini dari Mbah Sastro…. Ya harap maklum, Tania itu gadis yang sangat suka uang 😌🙄 alias madut… mata duitan. 🙄🙄

Tania kemudian melanjutkan aktivitasnya dengan beberes rumah sampai selesai, baru menggorengkan tempe mendoannya.

Akhirnya setelah dia selesai menggoreng dengan bumbu-bumbu gurih yang dia punya, Tania menaruh tempe-tempe mendoan yang sudah dia goreng itu di 2 piring dan dia tutupi dengan serbet kotak-kotak yang dia punya.

Hujan sudah mulai reda, dan tinggal bersisa rintik-rintiknya saja. Jam juga sudah menunjukkan sekitar jam 12 siang. Tania segera berlari-lari keluar dari halaman rumahnya menuju ke rumah mbah Sastro.

Sesampainya di depan rumah Mbah Sastro, Tania tambah heran lagi, karena rumah Mbah Sastro tampak rame.

Tania celingak-celinguk, tanya ke beberapa tetangganya yang sudah ada di sana sebelum Tania datang.

Tania: Ini ada apa ya Bu, kok rame-rame di rumah Mbah Sastro?

Para Tetangga: Lah…, Mbah Sastro dan pembantunya si Mba Sri khan meninggal terbunuh mba…. Sepertinya sudah beberapa hari, pagi ini baru ketahuan karena ada beberapa tetangga di sebelah rumah Mbah Sastro yang mencium bau busuk, setelah berdatangan tetangga lainnya, rumah mba Sastro didobrak dan ternyata Mbah Sastro dan mba Sri sudah tergeletak di kasurnya masing-masing, dengan kondisi jenazah yang sudah membusuk.

Mbah Sastro memang hanya tinggal dengan pembantunya, karena anak-anaknya semuanya berada di luar kota dan tidak ada yang menemani di rumah.

Sepertinya terjadi perampokan di rumah ini, karena sepertinya ada pengambilan barang secara paksa karena banyak lemari-lemari yang didongkel dengan paksa dan jadi rusak, tapi tetangga-tetangga tidak ada yang tahu dan baru ketahuan pagi ini jam 10-an tadi. Pagi tadi Pak RT juga sudah menghubungi pihak keluarga dan juga pihak kepolisian. Ini pihak kepolisian sedang mengevakuasi korban.

Tania sambil memegang 2 piring gorengan mendoan, tangannya langsung tremor…. Sambil berpikir, lha berarti siapa yang tadi nganterin tempe mendoan ke rumah? Bukannya mba Sri kata tetangga-tetangga tadi, juga ditemukan dalam keadaan sudah meninggal?

Tania langsung pucat pasi dan ngacir kembali ke rumahnya dan 2 piring tempe mendoan tadi dia kasih ke tetangga-tetangganya yang sedang ikut menunggu dan menyaksikan pihak kepolisian mengevakuasi jenazah Mbah Sastro dan mba Sri.

Tania bergidik, pas masuk ke rumahnya. Dia lihat lagi ke bungkusan-bungkusan tadi dan juga kertas yang ada tulisannya mba Sastro.

Bungkusan tempe dan uang 500 ribuannya masih rapi, demikian juga surat yang ditulis Mbah Sastro untuknya, bukan surat yang lecek yang menandakan sudah ditulis beberapa hari yang lalu.

Mungkin mbah Sastro hanya pengen memberikan kenang-kenangan ke Tania, karena selama ini sering ngobrol pada saat ketemu secara tidak sengaja di jalan dekat rumah.

Pantesan, kok beberapa hari ini Tania ga pernah liat mba Sastro jalan-jalan di area dekat perumahan mereka, karena tiap pagi Tania memang olahraga di sekitar area perumahan.

Tania bolak balik liat ke 5 lembar uang Rp 100 ribuan yang dia terima dari Mbah Sastro, apakah berubah menjadi daun atau tetap uang?

Dan ditunggu sampai sore , ternyata uang Rp 500 ribu itu tetap utuh, tidak berubah bentuk menjadi daun.

Tania kemudian berpikir lagi. “Mbah, kenapa ga sekalian Rp 1 juta atau Rp 5 juta aja Mbah?” begitu pikiran randomnya berkelana.

Tiba-tiba,ada suara Mbah Sastro dari belakang, “Oalah Nduk, kemaruk yo kamu. Dasar cewe matre, jiwit lho kamu”.

Tania-pun kaget dan akhirnya pingsan.

TAMAT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here